Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 30 Maret 2022

Review Buku Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja

 

Judul buku :  Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja

Penulis :  Vidya Dwina Paramita

Penerbit : Bentang Pustaka

ISBN  : 978-602-291-690-1

Jumlah halaman : 192 hal

Pertama baca buku karyanya Mbak Vidya itu yang judulnya "Jatuh Hati Pada Montessori" Setelah baca bukunya sampai tamat (enggak kerasa lho baca bukunya) aku langsung jatuh cinta juga sama filosofi Montessori ini. Aku yang waktu itu baru mengenal pelan-pelan dunia parenting karena enggak tahu sebelumnya sama sekali kalau parenting itu ada ilmunya. Nggak ada lho yang ngasih tahu aku kalau punya anak itu berat. Atau mungkin aku lihatnya-- membayangkan dari sisi menyenangkannya saja. Ternyata enggak semudah itu ya. Setelah hamil dan melahirkan perjuangan - perjuangan, pengorbanan akan dimulai. Termasuk diantaranya dalam mendidik anak. 

Filosofi Montessori ini menekankan tentang bagaimana cara memanusiakan anak dengan memahami kebutuhannya.

Di buku ini, semua paparan yang penulis katakan sangat membantu aku yang ibu satu anak ini, yang selama ini tahunya metode membaca hanyalah dengan mengeja. Lebih dari itu membaca bukan hanya sekedar membunyikan huruf-huruf, melainkan bagaimana anak mampu mengkorelasikan rangkaian huruf yang dibaca dengan maknanya. Bagaimana pemahaman yang ia dapatkan dari kegiatan membaca tersebut.  (Hal:3) Masuk akal, karena percuma ya bisa baca tapi tidak tahu apa yang dibaca dan bagaimana anak akan mampu untuk menjawab dan menceritakan ulang yang ia baca di buku. 

Kebayang apa yang akan terjadi? Karena merasa tidak mengerti maksud dari bacaan yang ia baca, anak akan kesusahan merasa frustasi. Karena sudah tak paham nilai akademis akan buruk => karena nilai akademik buruk anak dilabeli bodoh => anak akan tumbuh dengan pemahaman bahwa belajar itu susah dan bingung=> kelak dewasa anak percaya bahwa dia tidak bisa dan terus berasa bodoh. 

Sudah cukup berseliweran sebenernya di postingan instagram tentang pentingnya kegiatan pra membaca. Dan jika ditarik akarnya, penulis menjelaskan bahwa penyebab pertama anak tidak mencintai proses belajar adalah kurangnya perhatian kita pada kegiatan kegiatan dalam tahap pra membaca. 

Tahap ini tampak sederhana namun segudang manfaat. Karena salah satu manfaat nya adalah menambah kosakata anak dan melatih anak memahami jalan cerita. 

Dan salah satu hal yang cukup di sebarkan di media sosial di kalangan orang tua saat ini adalah kegiatan read aloud.  Selain read aloud kegiatan bermain peran juga termasuk ke dalam kegiatan tahap pra-membaca.

Masuk ke bab selanjutnya, penulis menjelaskan tentang tantangan pada zaman sekarang, termasuk di dalamnya tentang penggunaan gadget yang berlebihan. 

Tapi yang paling aku garis bawahi adalah ketika anak anak usia dini tidak boleh diajarkan baca tulis, tapi saat masuk SD kelas 1 (satu) materi yang ada sudah merupakan materi yang membutuhkan kemampuan membaca dan menulis. (Hal:9) 

Jembatan yang hilang ini, menurutku bukan tanggungjawab guru guru disekolah belaka, melainkan kita sebagai orang tuanya pun ikut melek tentang hal tersebut. Mungkin kita bisa mengokohkan fondasi pra membaca di rumah, menyempatkan melihat pertumbuhan anak kita sudah sejauh mana. Intinya saling membantu antara guru dan orang tua, agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.  karena bagaimanapun, tugas dan tanggung jawab orang tua memang berat tapi bukan berarti kita lepas tangan mendelegasikan  sepenuhnya tugas tersebut kepada pihak sekolah. Maka dari itu, ternyata penting sekali memilih sekolah yang bisa bekerjasama antara guru dan orang tua. Punya satu misi dan visi, value yang sama dan tentunya sesuai budget yang ada.

Di bab-bab akhir, makin semangat aku membaca dan memahami karena sejujurnya aku sempat membaca ada ibu-ibu yang berhasil mengajari anak membaca dengan metode tanpa mengeja ini.

Aku penasaran, bagaimana sih memang cara-caranya? Bab inilah yang kemudian aku manggut-manggut dan langsung diskusi sama suami.  Antusias banget karena ternyata perjalananya buat tahap bisa memahami bacaan itu panjang banget. Nah penulis mengulang kembali tentang tahap pra-membaca yang salah satunya adalah dengan kegiatan read aloud, apasih manfaatnya? 

* Read aloud membantu memperkuat bonding orang tua dan anak

* Read aloud membangun cinta segitiga antara orang tua, anak dan buku

*Melalui Read aloud anak mendapat asupan kosakata bahasa baku

*Read aloud dapat meningkatkan prestasi akademik

 

Selanjutnya masuk ke tahap teknis membaca. Ada beberapa poin penting berupa tabel yang bisa kita pahami atau ceklis sebelum anak memasuki tahap teknis membaca. Jadi enggak sembarangan dan ujug - ujug ikut dipaksa semau kita ya. Disini betapa pentingnya menciptakan kegiatan yang menyenangkan. Kebayang kalau kegiatan teknis membaca itu membosankan? Sudah pasti anak akan kabur duluan. 

Ilmu baru yang aku dapatkan dibuku ini begitu bersebrangan dengan zaman dulu aku belajar baca. Enggak ada "objek yang kongkret" yang bisa aku pahami. Apalagi, sebagai manusia yang cukup lama tinggal di daerah. Kebanyakan komunikasi dengan bahasa daerah. Sehingga kosakata kosakata baru itu terasa begitu asing di telinga. Penulis memaparkan tiap tahapan, dan selalu ditekankan kegiatannya yang menyenangkan. Ada ide-ide yang di tulis untuk kita memudahkan kalau-kalau kita kehabisan ide saat sudah di fase teknis membaca. (Meski ya sebenarnya anakku masih di fase pra membaca, aku mau menguatkan dulu pondasinya) tapi ini menjadi sebuah ilmu baru yang aku rekam baik-baik. Setidaknya, anakku tidak merasakan keterpaksaan dan tekanan saat dulu aku mulai proses membaca.

Menurutku buku ini bukan hanya sekedar lebih mengajari anak tentang bagaimana cara membaca, tapi membuka "tabir" baru dalam pemahaman kita orang tua agar lebih mengenal, memahami kebutuhan anak-anak. Mungkin, kelak anak bisa menjadi pendengar yang baik, tidak semata-mata cepat menghakimi setiap opini orang lain. 

Sekian ulasan singkatnya, semoga membantu :)

 

 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar