Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Minggu, 19 Juli 2020

Review Buku Seni Tinggal di Bumi

Judul Buku : Seni Tinggal di Bumi

Penerbit : Kanan Publishing

Penulis : Farah Qoonita

Jumlah Halaman 174


Sesuai dengan kalimat terakhir dibuku ini, tentang "Jika kalian menemukan kebaikan di dalam buku ini, harapan penulisnya adalah untuk tidak sungkan membagikannya kepada orang lain."

 

Maka, memang benar sekali! Lewat kisah-kisah yang ditulis secara mengalir dan rasanya aku menemukan kesungguhan yang mendalam dalam setiap kalimat yang tertuang dibuku ini. Sungguh buku ini banyak sekali kebaikannya sekaligus mengajak aku berpikir sejenak, dan rehat dari hiruk pikuk dunia. Capeeeeeek yaaa ngejar dunia terus mah-_-

 

Buku ini, terbagi menjadi beberapa tema besar, tidak ada yang saling berkaitan antara satu tulisan dengan tulisan yang lain karena itulah kita bisa bebas membaca buku ini, mau di tema yang mana dulu. Kecuali ada tulisan cerpen yang harus dibaca diawal sampe akhir. Tapi, tentu saja aku lebih suka membaca dari halaman pertama. Kaya lebih sah aja ngikutin alurnya. Meski nggak ada alurnya, yang ada hanyalah sentilan-sentilan kecil yang mampu membuatku tertohok. Juga pesan-pesan manis yang membuat aku bissmillah, semangat lagi yok! Gitu.

Dibagian awal, berisi tentang seni melangkah dibumi. Iya! Ada seninya lho. Nggak serampangan. Karena semua temanya nggak saling berhubungan jadi setiap pesannya selalu dapat. Dipas bab - bab awal salah satu judul yang menarik, beda dari kebanyakan para motivator yaitu tentang "Gombalisasi Passion"

 Passion! Sesuatu yang kamu cintai. Tertanam dalam hatimu. Memunculkan semangat dan rasa bahagia tak terkira! Temukan passionmu, ikuti hatimu! Saat kita menemukan banyak hal yang kita senangi, yang mana yang harus kita pilih? (hal 25)  Bagiku, ini menjadi rambu-rambu atau pakem dalam melangkah ketika memutuskan menekuni sesuatu. 

 Apapun itu, sebahagia apapun kamu menjalankannya, sejago apapun kamu menekuninya. Kalau pada akhirnya hanya akan menjauhkan dari Allah, tinggalkan. Kalau pada akhirnya hanya akan melanggar peraturan Allah tinggalkan.

Begitupun sebaliknya, belajarlah mecintai pekerjaan itu dalam-dalam. Nanti akan kau temukan berjuta hikmah indah mengharukan.  ( Hal 26)

Karena pada akhirnya, tenang itu penting. Dan apa yang membuat kita tenang selain Allah ridho atas kita?  Atas apa yang kita kerjakan.

 Ada lagi tentang kisah, menerima lalu bahagia. Aku terharu membaca percakapan Ayah dengan anak, kupikir mereka itu pemulung. Tapi lihatlah penulisnya menceritakan dengan sudut pandang yang berbeda. Betapa bila kita menerima dengan ikhlas semua akan terasa bahagia dan ringan Ditengah carut marutnya kehidupan ibu kota. Sepertinya Ayah dan anak itu yang paling bahagia. Bukannya menyumpah-nyumpahi, berbicara kasar, atau mendoakan yang tidak baik. Percakapan mereka berdua membawa kebaikan. 

"Bagaimana mungkin mereka tidak menghabiskan makanan seenak ini yah?" Ucap sang anak dengan mulut penuh makanan

"Mungkin mereka ingin menyisakannya untuk kita Nak,"

Makan siang mereka sangat mewah hari itu. Mereka melanjutkan mencari sampah lagi!

Apa ya pointnya? Bersyukur. (Hal 48)  

 

Membaca buku ini, kalian juga akan disuguhi kehidupan manusia langit. Kehidupan para tokoh yang amat mengagungkan Rabb-NYA dan sangat kasih dan sayang. 

Ada Hamzah sang Singa Allah lewat kisah Badar yang heroik. 

Khalid bin Walid sang pedang Allah, Nabi Muhammad sang kekasih Allah.  Penulisnya memaparkan  tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam islam benar-benar menyentuh sekali:') pake bahasa "kita hari ini" yang bisa aku pahami, pake bahasa sederhana tapi kenapaaaa dalem banget sih. Sampe malu sama diri ini, yang masih belum bisa maksimal mencontoh teladan terbaik umat islam. Rasanya kaya disitu-situ aja kehidupanku ini. Apakah aku sudah melangkah? 

 Lalu, ada tentang perempuan, bagaimana perempuan begitu spesial dimata-NYA? 

Kisah lain bagaimana romantisme perjuangan pembebasan Palestina? Dan perihal dunia islam pada umumnya. Terakhir menapaki keabadian, tentang bagaimana kita seharusnya bersikap pada kehidupan setelah kematian?

 Baca buku ini, aku jadi ingat tentang salah satu buku beberapa tahun yang lalu pernah aku baca, judulnya KANG SODRUN MERAYU TUHAN. disana, ada manfaat yang kuambil dari kisah bocah kecil yang berjanji akan menjadi mata rantai kebaikan untuk sesama. Nah, kurasa buku ini sudah bermanfaat sekali untuk aku, semacam pengingat agar tidak terlalu terlena sama dunia, untuk bisa mengambil setiap pesan yang ditulis dalam setiap judul. Sekali lagi memang berbeda tapi justru disitulah kita menjadi berpikir yang pada akhirnya malah saling berhubungan. Untuk apa dan harus apa kita didunia ini. 

Kalau buku ini sudah bermanfaat buatku, maka aku ingin membagikannya lewat tulisan ini. Tapi kurasa belumlah cukup untuk menyambung mata rantai kebaikannya. Jadi kalau ada yang mau meminjam buku ini, boleh silakan bisa langsung hubungi aku via instagram @tyataya terkhusus yang amanah :)

 

Salam

@tyataya

Tidak ada komentar :

Posting Komentar