Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Selasa, 03 November 2015

Setapak Jalan



Aku adalah setapak jalan yang kau tinggalkan,
Di pertigaan itu, kau berdendang-dendang pelan
Sambil mengulum senyum, kau bilang
Kita tak akan menjadi satu, meski aku terus berjuang
Lalu, kau menciumku hingga habis debar jantungku
Ya, itu perpisahan.. katamu,
Lalu, kau mendekap tubuhku hingga habis gemuruh jantungku
Ya, itu yang terakhir... katamu,
lalu, di jalan gersang ini, kau melepaskan genggamanmu
berlalu pergi dengan sejuta misteri
sampai kini, aku masih di ujung jalan ini, menunggumu.
Kau tak bisa hilang, aroma tubuhku serupa aspal  yang pekat,
Memikat.. 


Di tulis ketika aku sedang benar-benar merasa bodoh, karena menunggumu. Namun benar-benar merasa gila karena terus menunggumu.
Subang, 11/07/2015
9:27 WIB
@tyataya
 

14 komentar :

  1. Ohhhh Mba Tiaa, ini kok nusuk banget kata-katanya. Yang pernah menunggu jadi ingat masa lalu. *Ehh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaaaaah. jangan bapeerrrr :)))))) masa lalu biarlah menjadi masa lalu yang dijadikan serpihan-serpihan tulisan buat dikenang :)

      Hapus
  2. Menunggu adalah hal yang nikmat jika diikuti saling. Saling menunggu mungkin akan menghancurkan dinding pemisah, jarak pun akan luntur. Namun sayangnya, cowo tidak sabar untuk menungu, /galau dadakan.

    Eh. Nih ada tips belanja online murah gampang

    BalasHapus
  3. sedih teh tya baca puisinya :'( persis sama yang sedang adi rasain -__-"

    BalasHapus
  4. Aku prnah mngalami sprti yg ditulis mba tya nih dan sngat menyenangkan saat sudah bisa berlayar jauh meninggalkannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang kalau udah bisa melupakan akan terasa gampang, tapi yang susah kalau udah stuck di satu hati.

      Hapus
  5. Menyadari jika penantiannya sdh terlalu, tapi tetap masih berharap pennatian tsb tak berakhir tanpa cerita *pernah*

    BalasHapus