Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Selasa, 04 Oktober 2016

PERIHAL DILAN


kalian pernah baca novel Dilan? Dia adalah Dilanku tahun 1990. Lalu berlanjut ke buku ke dua ... Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1991. Aku gak perlu ngeresensi lagi novel fenomenal satu ini. Pasti  dirak buku kalian, koleksi buku si Surayah @pidibaiq sudah ada kan, ya? Kalian udah hafaaaal betul setiap lembar demi lembar bukunya karena sering dibaca dan enggak pernah bosen sama tingkah Dilan. Atau, merasa sedikit kesal kenapa kisah cinta Dilan dan Milea malah berakhir? 



Aku mau menceritakan sudut pandangku tentang si cowok tukang ramal ini—Dilan. Iya, entah kenapa rasanya Dilan tidak pernah habis untuk di bahas dan dikagumi. 
Kata Surayah. “Dilan adalah siapapun yang mirip Dilan.” Jadi, aku berhak mendeskripsikan Dilan dalam imajinasiku.

Sebagai salah satu stalker si Ayah Pidi. Aku bener-bener antusias banget ketika Ayah mengumumkan bahwa ia akan menulis  “Suara Dilan” jujur, aku penasaran bagaimana sih pendapat Dilan tentang kedua buku yang diceritakan oleh Milea ituuuu.


Setelah menunggu brrbulan-bulan. Akhirnya “Suara Dilan” resmi terbit. Aku enggak ikut PO buku Dilan karena aku berniat pengen ketemu lagi si Ayah Pidi dan langsung minta ttd. Tapi, entah itu kapan terwujud dengan segala aktifitas yang tiada hentinya. Padahalmah lumayan deket ke RTPD wkwkwk. 

Novel Dia adalah Dilanku tahun 1990 tahun 2014 yang lalu. dengan di ttd Surayah pada hari 12 Agustus 2015. Hari dimana aku dibikin ngakak sama Ayah di RTPD :")

Aku berburu novel Suara Dilan di toko buku Togamas—di Jalan Supratman nomor berapa enggak tahu lupa. Pokoknya waktu itu lagi ada discount dan aku lumayan beli buku banyak. Enggak cuma satu aja, discount nya gede-gede-an juga sih. Duelah, nggak pernah ngiler kalau di mall-mall banyak discount. Tapi kenapa tiap kali ke toko buku selalu ngiler pengin beli ya kalau liat buku discount.


Sebenarnya waktu itu niat ke Togamas mau beli buku buat kampus. Sebagai salah satu persyaratan buat ngambil ijasah. Eh....... Tiba-tiba. Si Dilan nongol dengan pede-nya di rak paling depan. Alhasil aku tergoda.
Kalian tahu, untuk menyelesaikan novel Dilan enggak perlu berhari-hari. Setengah hari juga sepertinya sudah selesai membaca. Kenapa? Karena bahasanya ringan. Ceritanya mengalir. Apalagi sekarang si Dilan yang menceritakan kisahnya.  


Setelah membaca “Suara Dilan” ternyata kekesalanku terjawab juga, mengapa Dilan saat itu harus pada pilihannya “diam” dan tidak berbuat apa-apa saat Milea berkata putus. Maksudku mengapa Dilan enggak berusaha mendapatkan Milea kembali, mengapa Dilan diam saja seolah dia tidak peduli? Semuanya terjawab di novel ke tiga Ayah Pidi. 

Lupakan tentang kisah cinta Milea dan Dilan. Disini, aku hanya ingin berbagi cerita kepada teman-teman tentang Dilan menurut imajinasiku.

Dilan seperti manusia yang jarang ada dibumi. Menurutku dia sudah berhasil menjadi dirinya sendiri. Seperti penjelasannya dalam novel suara Dilan hal (114).

 Diriku adalah diriku, baik ketika sendiri maupun ketika bersama orang lain. Aku tidak tertarik untuk mengubah seseorang agar sama dengan diriku. Asal kamu tahu, aku bukan tipe siswa yang akan kamu lihat berkerumun di depan papan pengumuman termasuk untuk mencari info  tentang perguruan tinggi atau beasiswa.  Aku juga bukan tipe orang yang suka jalan-jalan dan nongkrong di mal dengan pakaian yang tepat untuk itu. Aku bisa menghargai mereka yang begitu, tapi aku lebih memilih pergi naik motor ke daerah Gatsu untuk menghabiskan sisa hari di warung Kang Ewok. Entah mengapa, aku selalu punya perasaan senang dengan Cuma nongkrong di sana. 

Nah, dari situ aku menyimpulkan bahwa, bagaimana mungkin kita menjadi orang lain sedangkan menjadi diri sendiri itu ternyata menyenangkan dan membuat kita tenang? Maaf kalau aku salah, meskipun aku juga tidak sependapat tentang Dilan yang ikut geng motor dan menjadi panglima tempur. Aku bisa mengerti bagaimana perasaan Milea dulu yang merasa khawatir terhadap kekasihnya. Tapi bagaimana pun, aku tetap menghargai kisah Dilan dan segala latar belakang hidupnya. Dilan seolah mengajariku bagaimana cara menyikapi masa lalu. Kita tidak akan pernah dibuat gelisah oleh sebab memikirkan masa lalu jika kita tidak berdamai dengannya. 

Dilan seolah mengajariku untuk tetap tumbuh tanpa harus melukai orang lain. 

Aku tidak seperti pembaca kebanyakan. Entah kenapa, aku selalu tertarik dengan hal kecil yang diselipkan dalam sebuah novel. Ya, seperti novel Suara Dilan ini. Mungkin semua orang tertuju pada kisah cinta Milea dan Dilan. Tapi aku malah tertarik membaca Dilan yang bercerita tentang Ayah dan Bundanya. Atau tentang Dilan yang berteman dengan si Remi Moore.  

Mudah-mudahan, kalian mau memaklumi dan mau menghargai pendapatku.
Bagaimana Dilan menurutmu? Tentu saja, dia menawan, bukan? Hehhehe.
Puisi Dilan untuk Milea. "Jangan khawatir, jaketnya adalah aku sendiri, untuk Milea."

Terimakasih, Ayah @Pidibaiq sudah tidak buta huruf dan akhirnya bisa menulis kisah Dilan. Aku suka. 




05/10/2016
Bandung
@tyataya  

10 komentar :

  1. Wahhh sayang sekali aku belum memiliki Dilan deh Tay, semoga bulan depan bisa beli sepaket.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo pril, beliiiii. kamu akan senyum-senyum sendiri habis baca itu wkwk

      Hapus
  2. Udah koleksi nih, Tay. Cuma belum sempat kebaca. :)

    BalasHapus
  3. Banyak temenku yang suka banget Dilan, dan aku suka roaming sendiri kalau mereka ngomongin Dilan, karena belum pernah baca huhu. Mungkin kapan-kapan akan nyoba baca Dilan juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Katanya nanti mau difilmkan mbaak :) sekalian aja nunggu filmnya mbak biar makin seru hheee

      Hapus
  4. Adek ku juga suka banget sm Dilan ini, sampai koleksi juga ^^
    Aku malah belum sempet baca..heheh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, tinggal minjem aja mbak dan nyiapin waktu luang buat membacanya, gakkan sampai berhari-hari kalau baca buku dilan ihihi :)

      Hapus
  5. udah punya koleksi dilannya kak, koleksi lengkap hehe :D

    Iya di buku ketiga, dijelaskan soal Dilan kenapa gak ngejar lagi Milea, itu gegara Dilan anggap Milea udh punya pacar, kawan les yg suka antar jemput milea.
    Dan milea pun, menganggap dilan udah punya pacar, dia tahu pas acara meninggal ayahnya, menurut si Piyan, gadis yg berkerudung itu pacrnya dilan, padahal sih sodara jauhnya dilan haha

    Ironi dan paradoks, memang selalu menjadi bagian paling memesona dari cinta :)))

    BalasHapus
  6. tyaa..dikau ada disini rupa nya :D

    temen2 ku nyuruh baca buku ini terus dari buku 1 sampe yang terakhir..cuma aku nya euy agak gimana gitu kalo baca novel hahah thanks for sharing aku jadi ada sedikit gambaran soal Dillan :)

    BalasHapus