Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 19 Maret 2022

DILEMA GIGI ANAK (APAKAH AKU JADI IBU YANG GAGAL?)

Dua Minggu lalu Ara tiba-tiba nangis-nangis sambil teriak "Aduuuuh Sakiit." sambil megang pipi

"hah" otomatis aku kaget dong karena enggak biasanya begitu dan emang ini anak jarang sakit. 

terus aku tanya pelan-pelan. Ternyata dia sakit gigi. Terus aku cek lah pake senter dan ya begitu kondisi 

giginya uah banyak yang bolong. Pipi kirinya jadi bengkak sebelah. Hiks, dari situ aku mulai overthinking  "apakah pengalaman-pengalaman aku kecil dulu akan terulang lagi sama dia?" 

 

malemnya aku langsung bawa Ara ke dokter gigi dekat rumah. Alhamdulillah ada yang praktek dan dekeeet banget.Sebelumnya aku emang udah bawa dia ke dokter gigi di salah satu RS di Pagaden. Terus gigi depannya itu kan udah mau tumbang juga. Total ada empat yang mau patah. awalnya yang paling depan dua bisa diselamatkan. Aku pernah tulis pengalaman pertama ke dokter gigi dan tipsnya agar anak enggak takut ke dokter gigi. baca disini (klik) Nah yang aku merasa baru kali ini banget lho aku merasa jadi ibu yang gagal, Jadi gigi yang kemaren ditambal sama dokter gigi itu tambalannya patah, dokternya emang bilang kalau tambalan ini enggak permanen. tapi sebentar bangetttttt :(( 

dokter yang nangangin Ara pas sakit gigi dan pas tambal beda ya, aku sekalian lah konsultasi soal tambalan yang patah itu. Karena masih gigi susu enggak mungkin pake tambalan yang permanen, kalaupun mau ditambal lagi ya nanti akan hilang lagi karena enggak permanen. Kalau bolak balik tambal aku merasa kasihan sama anakku. Entahlah jujur bingung hahahaha. Sepertinya aku harus banyak belajar lagi soal gigi anak. Akhir bulan ini aku mau konsultasi lagi sama dokter gigi yang kemaren nanganin dia tambal gigi.

Dimana lagi ya dokter gigi yang ramah anak di Pagaden? Kayanya enggak ada. Aku suka sirik lho hahahahaha kalau lihat di daerah lain. Dokter gigi anak pilihannya banyak. Aksesnya gampang, Fasilitasnya oke ada playgroundnya jadi anak enggak tegang-tegang amat kalau mau periksa. Tapi yauda itu hanya sebatas perasaanku saja. Tinggal di Kampung emang akses kesehatan dan pendidikan susah. Tapi aku selalu punya pilihan untuk mengusahakan yang terbaik, sebagai orang tua.

Rasa sedih selanjutnya adalah aku merasa gak becus ngurus anak. Sebagai yang masih tinggal hidup bareng orang tua, susah banget buat anak sepenuhnya stop makan makanan manis. Ada aja dikasihnya. Belum lagi aku yang ngurus kerjaan. Iya, aku kerja offline dan dagang online juga. Rasanya kadang udah capeeee banget. Huhuhuhu jadi merasa melonggarkan anak untuk yauda boleh deh sesekali. Tapi sesekalinya ternyata sering. Apakah ini salahku? Aku merasa ini semua salahku.

Setelah kejadian sakit gigi itu, Alhamdulillah akhirnya anak aku mau juga ganti susu kotaknya jadi rasa plain. Enggak bolong – bolong lagi sikat gigi pas malam hari. Meski dokter praktik didekat rumahku menenangkan bahwa ini baru gigi susu. Insya Allah nanti gigi baru anak dirawat dengan baik. Ibu bisa belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya. Dengan kejadian ini Ara juga jadi lebih aware lagi sama makanan-makanan yang bikin gigi dia sakit.

Aku menulis ini tidak aa niatan apa-apa. Hanya sebagai peluruh rasa bersalah dan rasa sedihku saja. Ternyata perjalanan membesarkan anak adalah tidak main-main. Semoga ketika kelak anak aku baca tulisan ini, dia tahu betapa aku telah berusaha memberikan yang terbaik semampuku.

BONUS PAS USIA 2,5 TAHUN PAS GIGINYA MASIH LENGKAP

 

 

Minggu, 9 Maret 2022

Tidak ada komentar :

Posting Komentar