Hallo! Assalamualaikum teman-teman blogger. Ini adalah
postingan pertama di tahun 2021. Harapannya, semoga bisa lebih rajin
nulis diblog biar tidak berdebu-debu amat. Doakan semoga istiqomah ya
hehehe. Harapan kalian di tahun 2021 apaaaa? Yuk
semangat! Apapun harapannya, semoga Allah ngasih jalan dan mempermudah
urusan-urusan kita. Aamiin.
Sebenarnya,
udah lama sih mau nulis tentang proses menyapih ini, kaya degdegan
banget gitu mau nyapih tuh, gimana enggak pasalnya Ara itu sogokannya
nenen. Nangis? Tinggal sodorin nenen, rewel tinggal sogokin nenen, mau
tidur tinggal sogokin nenen. ya pokoknya apapun masalahnya solusinya
nenen. Karena apaa? Jujur sebagai ibu baru, kadang aku banyak erornya,
banyak nggak bisanya. Dan banyak nggak sabarnya hehehehe. Jadi biar
cepet di dua tahun pertama itu punya senjata nenen.
Ternyata,
menyusui itu nggak mudah. Memang, banyak dramanya. Alhamdulillah aku
dikasih rezeki ASI yang berlimpah. Tapi, punya kendala yang kalau salah
sedikit perawatannya. Selalu jadi bengkak dan bisa sampai demam saking
ASInya yang menggumpal di dalam payudara. Sering banget kaya gitu sampe
sempat terlintas sudahlah mau menyerah saja. Aku tidak kuat lagi
mengASIhi. Ternyata tidak semudah itu. Kalau tidak ada support sistem dari
keluarga, mungkin aku sudah pasrah ngasih susu formula aja waktu itu.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai sedikit-sedikit belajar ilmu
perASIan. Salah satunya di akun instagram mak Haji @olevelove dan akun
Fanspage AIMI waktu itu tidak sengaja nemu di facebook. Masya Allah
alhamdulillah masalahku mulai mengecil hahaha.
Ketika
mulai menikmati masa-masa menyusui itu pelan-pelan sampai juga aku di
dua tahun kehidupannya Ara! Kala itu teringat akan pertama kalinya
memberikan ASI pertama yang disebut kolostrum bagi si anak. Beberapa jam
setelah operasi sesar, berusaha miring aja susah. Tapi ih ko aku bisa
dan bisa melewati itu semuaaaaa. Jadi waktu itu aku berpikir berusaha meyakinkan diri sendiri kalau menyapih juga aku bisa. Walau....... teteup aja banyak takutnya.
Semua tentu atas
seizin Allah. Kalau bukan karena Allah yang mampukan, aku tidak mungkin
sampai di titik ini sekarang. Jadi Ibu baru itu sungguh nano-nano nya
ya. Nano banyak tidak tahunya, banyak takut salahnya, banyak tidak
percaya dirinya. Aku bersyukur waktu itu banyak teman yang lahiran juga.
Sehingga kami jadi saling menguatkan dan mengingatkan Hehehehe.
Perintah
menyuusui di dalam Al-Quran tercantum dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 233
yang artinya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya".
Kala
itu, aku masih ragu-ragu mau menyapih. Banyak sekali kekhawatiran yang
mungkin sulit dijelaskan dengan kata-kata. Pernah gagal saat sapih
pertama rasanya sakit hati sekali saat melihat Ara terus-terusan
menangis. Tidak mau diam kalau tidak dapat nenen. Padahal usianya waktu
itu sudah dua tahun lebih :") Kalau baca-baca
cerita ibu-ibu di media sosial ko kayanya gampang banget ya nyapihnya.
Cuma beberapa hari, lalu anaknya bisa anteng menerima. Kenapa anakku
tidak? Apa yang salah dariku?
Hampir 2 bulan
lamanya aku merenung sambil terusssss ngumpulin tips. Salah satu hal
yang paling aku ingat adalah: menyapih bukan hanya tentang anak, tapi
tentang bagaimana reaksiku, kesiapanku sebagai ibunya, jangan sampai
ketika anak sudah siap tapi ibunya malah drama sedih, melow, galau,
karena akan kehilangan momen bonding bersama anak. Toh setelah menyusui,
kita masih bisa melakukan banyak hal bersama lagi, bisa makin memperat
bonding lagi, kan?
Akhirnya belajar dari kesalahan
pertama aku mempersiapkan mental. Nah disini tuh nggak mudah karena
waktu itu juga aku lagi ngerjain skripsi. Ara lebih dulu toilet training
ketimbang disapih. Jangan tanya kenapa karena aku hanya melihat
tanda-tanda dia lebih siap toilet training dulu ketimbang disapih.
Saat
lelah habis ngerjain bab per bab skripsi, terus tiba-tiba anak nangis.
Padahal kita maunya rebahan dulu aja barang beberapa menit tanpa mau
menyusui untuk mendiamkan dia. Ini salahku juga sih, tapi mudah-mudahan
bisa menjadi pembelajaran buat siapapun yang membaca ini bahwa jangan
pernah kasih senjata nenen untuk hal apapun ke anak. Kalau nangis ya
validasi emosinya. Bukan malah disogok. Karena repot sekali ternyata
permisaaah ~
Akhirnya
waktu itu, aku mulai bertekad mau menyapih ara di 2,5 tahun usianya.
Sudah mempersiapkan segala-galanya. Nggak peduli lagi ngerjain skripsi
pun karena ternyata jauh lebih repot saat skripsi sambil nyusui si anak
ketimbang sudah lepas nenen. Hahaha. Dulu pikiranku, ah lepas skripsi
beres, mau fokus menyapih jadi satu-satu. Ternyata ujungnya skripsi
tidak beres-beres, menyapih makin sulit ya Allah.....
Mau
nangis rasanya waktu itu. Untungnya, banyak support sistem
disekelilingku. Salah satunya tentu siapa lagi kalau bukan suami.
Bermodalkan bissmillah, mulailah waktu itu aku menyapih.
Prosesnya?
Berminggu-minggu, tapi nggak banyak lagi drama nangis kejer sih. Karena
sudah aku sounding terus-terusan. Sambil diganti minum susunya pakai
cangkir kaya Omar di buku Seri Omar dan Umma. Nah iniiiiii buku ini
membantu sekaliiiiiiii *teriak pake toa* sampai saat inipun, Ara bilang "Ibu mau minum susunya di cangkir saja kaya Omar. Kan Ara sudah besar
kaya Omar."
Huhu Masya Allah! Bacain buku ke anak ternyata sebermanfaat itu permisah.
Ini judul bukunya: Omar Tidak Mimik Ibu lagi.
Penerbit : Tiga Ananda
Harga
bukunya hanya 25.000 saja pemirsah. Gimana tidak girang? Buku murce ini
dapat membantu aku (atas izin Allah) untuk proses menyapih Ara. Saat
toilet training pun, Ara juga aku sounding pake buku Tiga Ananda juga
yang judulnya Omar tidak Pipis di Celana Lagi. Bukunya selecek itu sampe covernya udah lepas karena saking seringnya dibacain huhuhu.
Ketakutanku waktu itu saat menyapih Ara.
Aku takut bagaimana kalau payudaraku bengkak dan sakit lagi.
Bagaimana kalau Ara nangis kejer lagi.
Bagaimana kalau nanti malam dia tiba-tiba mau minta nenen dan sulit tidur lagi kalau tidak dikasih.
Bagaimana pengantar tidurnya.
Ternyata,
aku sudah ketakutan tanpa pernah mencobanya, menikmati setiap prosesnya
tidak semenyeramkan itu. Hanya jika kita terus belajar belajar dan
nyari tahu ilmunya hehehe. Dan yang paling aku ajaibkan adalah, ternyata
Ara waktu itu nangis kejer saat menyapih pertama karena belum siap, dan
bingung kalau tidak nenen aku akan bagaimana bersama Ibu? Ternyata
kalau dikasih pengertian terus-terusan. Dia mengerti bahwa sudah
waktunya dia lepas dari kenikmatan menyusui itu, karena setelah itu pun
ibu akan menemani hari-harinya lagi. Dia hanya takut ditinggalkan ~
Kalau
kalian mencari tips-tipsnya, sepertinya sudah banyak sekali tips
menyapih dengan cinta berseliweran di media sosial. Aku praktekin
satu-satu tips itu. kalau lelah, istirahat dulu melipir sejenak tidak
apa - apa bu, asal kita tetap konsisten menyapih. Jangan lupakan support
sistem. Bantuan orang-orang terdekat yang bisa dimintai tolong atau
hanya sekedar minta dipukpukin. Heheheh.
Tipsnya
aku sesuaikan sama kondisiku juga yang waktu itu sambil nyusun skripsi.
Jadilah prosesnya berminggu-minggu bahkan hampir berbulan-bulan. nggak apa-apa, lambat yang penting kita tetap sampai. Karena toh mau berlomba dengan siapa? Inikan bukan perlombaan.
Pada akhirnya, selamat menikmati setiap proses mendampingi anak di setiap fase dalam hidupnya. Mungkin
ada yang selalu ada di setiap tumbuh kembangnya tanpa kenal lelah, ada
yang butuh menarik diri dulu (seperti aku) untuk tetap bisa waras. Tidak
apa-apa.
Selamat berjuang buibuk yang hendak memulai menyapih anaknya..
Semoga diberi sabar dan sehat️ Jangan lupa tetap membahagiakan diri sendiri ya. Kita tetaplah diri kita yang butuh untuk dibahagiakan dan membahagiakan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar