Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 02 Januari 2021

CERITA DIBALIK MENYAPIH

Hallo! Assalamualaikum teman-teman blogger. Ini adalah postingan pertama di tahun 2021. Harapannya, semoga bisa lebih rajin nulis diblog biar tidak berdebu-debu amat. Doakan semoga istiqomah ya hehehe. Harapan kalian di tahun 2021 apaaaa? Yuk semangat! Apapun harapannya, semoga Allah ngasih jalan dan mempermudah urusan-urusan kita. Aamiin.

Sebenarnya, udah lama sih mau nulis tentang proses menyapih ini, kaya degdegan banget gitu mau nyapih tuh, gimana enggak pasalnya Ara itu sogokannya nenen. Nangis? Tinggal sodorin nenen, rewel tinggal sogokin nenen, mau tidur tinggal sogokin nenen. ya pokoknya apapun masalahnya solusinya nenen. Karena apaa? Jujur sebagai ibu baru, kadang aku banyak erornya, banyak nggak bisanya. Dan banyak nggak sabarnya hehehehe. Jadi biar cepet di dua tahun pertama itu punya senjata nenen. 

Ternyata, menyusui itu nggak mudah. Memang, banyak dramanya. Alhamdulillah aku dikasih rezeki ASI yang berlimpah. Tapi, punya kendala yang kalau salah sedikit perawatannya. Selalu jadi bengkak dan bisa sampai demam saking ASInya yang menggumpal di dalam payudara. Sering banget kaya gitu sampe sempat terlintas sudahlah mau menyerah saja. Aku tidak kuat lagi mengASIhi. Ternyata tidak semudah itu. Kalau tidak ada support sistem dari keluarga, mungkin aku sudah pasrah ngasih susu formula aja waktu itu. Seiring berjalannya waktu, aku mulai sedikit-sedikit belajar ilmu perASIan. Salah satunya di akun instagram mak Haji  @olevelove dan akun Fanspage AIMI waktu itu tidak sengaja nemu di facebook. Masya Allah alhamdulillah masalahku mulai mengecil hahaha. 

Ketika mulai menikmati masa-masa menyusui itu pelan-pelan sampai juga aku di dua tahun kehidupannya Ara! Kala itu teringat akan pertama kalinya memberikan ASI pertama yang disebut kolostrum bagi si anak. Beberapa jam setelah operasi sesar, berusaha miring aja susah. Tapi ih ko aku bisa dan bisa melewati itu semuaaaaa. Jadi waktu itu aku berpikir berusaha meyakinkan diri sendiri kalau menyapih juga aku bisa. Walau....... teteup aja banyak takutnya.
 
Semua tentu atas seizin Allah. Kalau bukan karena Allah yang mampukan, aku tidak mungkin sampai di titik ini sekarang. Jadi Ibu baru itu sungguh nano-nano nya ya. Nano banyak tidak tahunya, banyak takut salahnya, banyak tidak percaya dirinya. Aku bersyukur waktu itu banyak teman yang lahiran juga. Sehingga kami jadi saling menguatkan dan mengingatkan Hehehehe.

Perintah menyuusui di dalam Al-Quran tercantum dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 233 yang artinya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya".

Kala itu, aku masih ragu-ragu mau menyapih. Banyak sekali kekhawatiran yang mungkin sulit dijelaskan dengan kata-kata. Pernah gagal saat sapih pertama rasanya sakit hati sekali saat melihat Ara terus-terusan menangis. Tidak mau diam kalau tidak dapat nenen. Padahal usianya waktu itu sudah dua tahun lebih :") Kalau baca-baca cerita ibu-ibu di media sosial ko kayanya gampang banget ya nyapihnya. Cuma beberapa hari, lalu anaknya bisa anteng menerima. Kenapa anakku tidak? Apa yang salah dariku? 
 
Hampir 2 bulan lamanya aku merenung sambil terusssss ngumpulin tips. Salah satu hal yang paling aku ingat adalah: menyapih bukan hanya tentang anak, tapi tentang bagaimana reaksiku, kesiapanku sebagai ibunya, jangan sampai ketika anak sudah siap tapi ibunya malah drama sedih, melow, galau, karena akan kehilangan momen bonding bersama anak. Toh setelah menyusui, kita masih bisa melakukan banyak hal bersama lagi, bisa makin memperat bonding lagi, kan?

Akhirnya belajar dari kesalahan pertama aku mempersiapkan mental. Nah disini tuh nggak mudah karena waktu itu juga aku lagi ngerjain skripsi. Ara lebih dulu toilet training ketimbang disapih. Jangan tanya kenapa karena aku hanya melihat tanda-tanda dia lebih siap toilet training dulu ketimbang disapih. 
 
Saat lelah habis ngerjain bab per bab skripsi, terus tiba-tiba anak nangis. Padahal kita maunya rebahan dulu aja barang beberapa menit tanpa mau menyusui untuk mendiamkan dia. Ini salahku juga sih, tapi mudah-mudahan bisa menjadi pembelajaran buat siapapun yang membaca ini bahwa jangan pernah kasih senjata nenen untuk hal apapun ke anak. Kalau nangis ya validasi emosinya. Bukan malah disogok. Karena repot sekali ternyata permisaaah ~

Akhirnya waktu itu, aku mulai bertekad mau menyapih ara di 2,5 tahun usianya. Sudah mempersiapkan segala-galanya. Nggak peduli lagi ngerjain skripsi pun karena ternyata jauh lebih repot saat skripsi sambil nyusui si anak ketimbang sudah lepas nenen. Hahaha. Dulu pikiranku, ah lepas skripsi beres, mau fokus menyapih jadi satu-satu. Ternyata ujungnya skripsi tidak beres-beres, menyapih makin sulit ya Allah..... 
 
Mau nangis rasanya waktu itu. Untungnya, banyak support sistem disekelilingku. Salah satunya tentu siapa lagi kalau bukan suami. Bermodalkan bissmillah, mulailah waktu itu aku menyapih.
 
Prosesnya? Berminggu-minggu, tapi nggak banyak lagi drama nangis kejer sih. Karena sudah aku sounding terus-terusan. Sambil diganti minum susunya pakai cangkir kaya Omar di buku Seri Omar dan Umma. Nah iniiiiii buku ini membantu sekaliiiiiiii *teriak pake toa* sampai saat inipun, Ara bilang "Ibu mau minum susunya di cangkir saja kaya Omar. Kan Ara sudah besar kaya Omar."
Huhu Masya Allah! Bacain buku ke anak ternyata sebermanfaat itu permisah.
 

Ini judul bukunya: Omar Tidak Mimik Ibu lagi. 
Penerbit : Tiga Ananda 
Harga bukunya hanya 25.000 saja pemirsah. Gimana tidak girang? Buku murce ini dapat membantu aku (atas izin Allah) untuk proses menyapih Ara. Saat toilet training pun, Ara juga aku sounding pake buku Tiga Ananda juga yang judulnya Omar tidak Pipis di Celana Lagi. Bukunya selecek itu sampe covernya udah lepas karena saking seringnya dibacain huhuhu.

Ketakutanku waktu itu saat menyapih Ara. 
Aku takut bagaimana kalau payudaraku bengkak dan sakit lagi.
Bagaimana kalau Ara nangis kejer lagi.
Bagaimana kalau nanti malam dia tiba-tiba mau minta nenen dan sulit tidur lagi kalau tidak dikasih.
Bagaimana pengantar tidurnya.

Ternyata, aku sudah ketakutan tanpa pernah mencobanya, menikmati setiap prosesnya tidak semenyeramkan itu. Hanya jika kita terus belajar belajar dan nyari tahu ilmunya hehehe. Dan yang paling aku ajaibkan adalah, ternyata Ara waktu itu nangis kejer saat menyapih pertama karena belum siap, dan bingung kalau tidak nenen aku akan bagaimana bersama Ibu? Ternyata kalau dikasih pengertian terus-terusan. Dia mengerti bahwa sudah waktunya dia lepas dari kenikmatan menyusui itu, karena setelah itu pun ibu akan menemani hari-harinya lagi. Dia hanya takut ditinggalkan ~

Kalau kalian mencari tips-tipsnya, sepertinya sudah banyak sekali tips menyapih dengan cinta berseliweran di media sosial. Aku praktekin satu-satu tips itu. kalau lelah, istirahat dulu melipir sejenak tidak apa - apa bu, asal kita tetap konsisten menyapih. Jangan lupakan support sistem. Bantuan orang-orang terdekat yang bisa dimintai tolong atau hanya sekedar minta dipukpukin. Heheheh.

Tipsnya aku sesuaikan sama kondisiku juga yang waktu itu sambil nyusun skripsi. Jadilah prosesnya berminggu-minggu bahkan hampir berbulan-bulan. nggak apa-apa, lambat yang penting kita tetap sampai. Karena toh mau berlomba dengan siapa? Inikan bukan perlombaan. 

Pada akhirnya, selamat menikmati setiap proses mendampingi anak di setiap fase dalam hidupnya. Mungkin ada yang selalu ada di setiap tumbuh kembangnya tanpa kenal lelah, ada yang butuh menarik diri dulu (seperti aku) untuk tetap bisa waras. Tidak apa-apa.

Selamat berjuang buibuk yang hendak memulai menyapih anaknya..
Semoga diberi sabar dan sehat️ Jangan lupa tetap membahagiakan diri sendiri ya. Kita tetaplah diri kita yang butuh untuk dibahagiakan dan membahagiakan.

 


Tidak ada komentar :

Posting Komentar