Malam itu, kamu pernah datang ke dalam mimpiku dan
berkata bahwa kau akan datang, tapi tidak sekarang. kau harus bersabar, akan
ada hari-hari penuh air mata, akan ada hari-hari kau bahagia. tapi kau akan
selalu merindukanku. Begitu katamu..
Parasmu seolah aku sudah mengenalmu jauh-jauh hari,
tapi aku tidak tahu kau siapa. Kemudian
esoknya aku bercertia kepada salah seorang teman, lantas ia beranggapan bahwa
aku ini gila. Belum mengenal dan bertemu dengannya, aku sudah merindukannya!
Sampai waktu terus berjalan, membawaku pada episode
baru dalam hidup. Kau kulupakan.
Aku pernah merasakan jatuh cinta beberapa kali,
sempat patah dan terjatuh sampai habis malam-malam hanya untuk berkeluh kesah.
Sejak pertama kali aku mendapati ada perasaan aneh yang diam-diam menyelinap
masuk ke dalam hatiku, tanpa bisa dicegah. Aku bingung, apa yang harus
kulakukan? Mengatakannya? Mengatakan kepada siapa? Laki-laki yang kini membuat
hatiku berdesir-desir saja tidak peduli, bahkan tidak pernah tahu ada perempuan
yang diam-diam mengagguminya. Apakah itu
kamu yang pernah datang ke dalam mimpiku? Apakah aku harus menjadi sangat
hebat dulu untuk ditengok olehmu? Tidak bisakah aku menjadi perempuan
biasa-biasa saja? Akhirnya kala itu, aku menyerah saja, memutuskan diam dan
duduk menatapmu dalam kejauhan, sambil terus menikmati lengkung senyummu yang
menawan.
Aku dipertemukan kepada lak-laki selain kamu yang
mampu membuatku menjadi ratu, ratu yang kesepian di istananya. Ia sering
berkelana dan tidak pernah menggenggam tanganku untuk ikut bersamanya. Ia pergi
sendirian. Kemudian pulang dengan membawa kabar bahwa aku harus ditinggalkannya
demi sebuah kebaikan. Kebaikan yang diselimuti kebohongan. Atau sebaliknya?
Entahlah. Tapi aku merasa bahagia, walau
sesaat dan walau sekejap tinggal di istananya. Aku mendapatkan pelajaran
berharga. Darinya aku tahu rasa sepi, darinya aku tahu rasa sabar, darinya aku
tahu tentang melepaskan. Meski harus tergopoh-gopoh nyatanya aku masih sanggup
tersenyum. “kalau memang itu keputusan terbaik, dan kita harus berjalan
sendiri-sendiri, aku harap engkau tidak pernah tersesat untuk menemukan ratumu
yang baru, karena aku sudah menyerah, aku ingin jadi yang biasa-biasa saja agar
tidak dua kali kecewa.”
Aku mundur, berbalik kebelakang dan mulai melupakan
tentang kamu dalam pencarianku. Tentang
kamu yang terus saja aku rindukan. Aneh! Kau ini sebenarnya ada atau tidak?
Atau hanya ilusiku semata. Apakah aku benar-benar telah jatuh cinta kepadamu
sebelum aku melihat parasmu?
Aku bosan telah jatuh cinta kepada orang yang salah,
aku tidak ingin pulang dengan tangan terus gigil, berjalan bersama
harapan-harapan kosong yang entah akan diisi oleh siapa, aku rindu kamu, ingin
rasanya aku menyibak tirai itu, takdir yang selama ini menguji ketiadaanku
terhadapmu. Aku sempat marah-marah, mengapa kau tak kunjung datang?
Hingga akhirnya sampai di ujung kisahku, kala itu
aku hanya menangis sebentar lantas tersenyum sambil berbicara pada diri
sendiri. “Ia adalah cerminanku, ia tidak pernah pergi ke mana-mana, ia tidak
akan datang, ia akan pulang kepadaku. Kepada sebaik-baik rumah yang di dalamnya
menyimpan keteduhan. Karena itu aku harus terus belajar menjadi rumah terbaik
untuknya.”
Waktu terus bergulir, mengikis keyakinanku
terhadapmu pun janji-Nya. Aku hanyut bersama bisikan-bisikan yang ternyata
menjerumuskanku sendiri, sampai aku lupa bahwa untuk menyambutmu pulang, itu
tidak disambut dengan jalan yang tidak di ridho oleh-Nya. Manis, sungguh
awalnya memang manis. Tapi hari - hari setelah kujalani itu menjadi sangat
sekarat setelah aku tahu bahwa itu bukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Itu bahagia semu yang ujungnya bisa ditebak; kecewa.
Sejak saat itu, aku merasakan kebahagiaan sekaligus
kekhawatiran. Sungguh aku tidak tahu yang mana keduanya akan menghampiriku. Aku
hanya bisa berdoa, “Aku hanya ingin menjadi lebih baik lagi meskipun dengan
pilihan harus berpisah.”
Ternyata, aku mulai mengenalmu saat kamu berbicara
tentang keseriusanmu menjadikanku tuan putrimu, dari situlah aku tahu kau sudah
pulang. Meski prosesnya tidak bisa dibilang mudah. Tapi aku tahu penantianku
selama ini tidak sia-sia. Kamu sudah pulang, membawa janji-janjimu kala itu
membuktikannya bahwa cinta tak harus melulu soal kata, kamu membawa hangat,
membuang jauh-jauh gigilku. Kini aku tidak pernah lagi berjuang sendirian. Ada kamu
yang sudah pulang.”
Suatu
hari tentangmu adalah ketidakmungkinan yang menjadi mungkin saat Allah berkata
Kun Fayakun. Kini, aku ingin terus belajar bersamamu, menjadikan setiap pilihan dan perbuatan kita
adalah bentuk ibadah. Meski masih mengeja, meski masih terbata-bata setidaknya
kita punya tujuan yang sama; Rido-Nya.
Jumat,
06/10/2017
Bandung,
tyataya
Indahnya 😊
BalasHapusAhh bahasanya keren 😍
BalasHapusAssalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
BalasHapussedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SANJAYA, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SANJAYA
kata Pak kiyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SANJAYA Di Tlp 082399986107 atau KLIK DISINI
berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu
hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik, jika ingin
seperti saya coba hubungi KYAI SANJAYA pasti akan di bantu Oleh Beliau