Siapa yang punya rencana merantau? Jauh dari kampung
halaman, mengembara ke suatu tempat demi mendapatkan pendidikan atau
penghidupan yang lebih baik lagi? Sejak memutuskan kuliah di bandung dan jadi
anak kost (yang katanya banyak deritanya wkwkwk) aku resmi deh jadi anak rantau; jauh dari orang tua, dari lingkungan
keluarga, dari saudara-saudara tercinta (karena kebetulan rumah saudara pada
deket semua) yang biasanya suka main ke
saudara untuk babacak (istilah
dikampungku, yaitu makan bersama-sama, atau mungkin ada yang kenal istilah Botram?) main bareng temen-temen di
kampung halaman, kumpul dan bercengkrama sama keluarga tiap malam. Ah pokoknya
banyak kegiatan yang dulu aku alami. Sekarang jadi terhalang oleh jarak yang
membentang. Jujur ya, dulu kegiatan-kegiatan seperti itu memang membahagiakan,
tapi aku beranggapan biasa aja, nggak ada yang istimewa sama sekali. Lha orang tiap hari gampang dilakukannya
ko. Hanya sebatas bahagia dan bersyukur punya mereka. Tapi sekarang, setelah
menjalami hidup hampir lima tahun di kota orang. Kebahagiaan itu berubah jadi
kuncup-kuncup kenangan yang berkeliaran saban malam di kepalaku. Lantas serta
merta kenangan itu menggelembung menjadi rasa rindu. Rasa rindu yang hanya bisa
diobati dengan; Pulang. :”)
Mungkin pengalaman dan ilmuku masiiiiiiih sedikit. Tapi
kalau mengingat keputusan-keputusan yang dulu aku ambil, rencana-rencana masa
depan yang sudah gamblangnya ditulis dan usaha-usaha untuk meraihnya membuat
dua sisi yang kadang bertolak belakang tapi kadang juga jadi penguat sekaligus
pengingat untuk tetap bertahan; maksudnya bertahan saat kondisi ekonomi yang
defisit. HAHAHA.
Jadi dalam postingan kali ini, lagi-lagi aku cuma
mau berbagi perasaan dan kenangan. Aku
pake istilah homesick, ini merupakan sebuah
kegiatan yang menimbun rindu (hanya menurutku saja) Nyatanya dari berbagai
sumber hasil googling baca sana baca sini. Homesick ini merupakan suatu keadaan
dimana seseorang merasa menderita akibat terpisah dari lingkungan rumah, orang
tua, atau hal-hal lainnya. Gejala homesick normal banget sih sebenarnya karena
hampir semua orang pernah mengalaminya. Tapi kalau homesick ini enggak segera
diatasi akibat fatalnya bisa depresi. Aku pernah enggak ya depresi? *mikir*
mungkin depresiku disalurkan kepada kegiatan tulis menulis ini. HAHAHA. Aku
bisa ngebedain kalau udah tanda-tanda rindu rumah biasanya aku nggak bisa
konsentrasi, raga ada di Bandung sedangkan pikiran ada di rumah. Oiaaaa,
meskipun udah komunikasi jarak jauh (re: HP) tapi teteeeep rasanya tuh beda. Kaya ada pait-paitnya gitu.
Oke skip ya
curhat gajelasnya. Mari kita ke tulisan yang sedikit berfaedah. Sekarang aku coba mau share bukan tentang dampak homesick atau gejala homesick dan
bagaimana cara ngatasinnya. Bukaaaan yaaa. Justru aku mau narik kebelakang.
Sebelum gejala homesick itu terjadi biasanya kita sering cuek aja saat di
lingkungan rumah. Atau misalkan ada orang yang seumur hidupnya nggak pernah
mengalami rasa rindu? Jadi kaya bang Toyib gitu nggak pernah pulang atau
silaturahmi ke teman-temannya? ah, gak
mungkin.. ada nggak sih? Pemikiranku lebih menjurus ke anak kosan ya,
karena emang kondisiku sekarang lagi demikian adanya. Jadi mohon maaf sekali
lagi bila nanti ada perbedaan pendapat atau pemahaman. Sebelum memutuskan untuk
merantau ke kota orang atau ke negara lain atau hijrah kemanapunlah. Ada baiknya
kita harus memerhatikan beberapa hal agar saat tanda-tanda homesick sedang
melanda kita, kita bisa mengendalikannya. Kan nggak mungkin ya kita pulang tiap
hari ke rumah setelah merantau hanya karena homesick tiap saat? Udah aja
gitumah namanya didukdak.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah :
#1 Jangan sia-siakan waktu saat bersama keluarga
Keluarga bagiku sangat penting, karena dari
keluargalah kita pertama kali mendapatkan pendidikan, tempat mendapatkan kasih
sayang juga rasa aman. Alhamdulillah keluargaku—walaupun sederhana tetapi di
dalamnya aku menemukan kebahagiaan yang tidak bisa aku dapatkan dilingkungan
pergaulanku. Hal-hal sederhana seperti kebersamaan saat makan bersama, piknik
bersama, nonton tv bersama atau kadang di marahi karena kita ceroboh, mungkin
juga kepanikan ibu kita saat kita sakit.
Rasanya fase-fase itu jangan kamu sia-siakan deh. Biasanya kalau pikiranmu jernih dan keluargamu mendukung kamu
akan punya pemahaman sendiri tentang perpisahan. Kecuali kalau anaknya manja-manja amat. Jadi saat jauh dari
lingkungan keluarga, kamu memang merasakan homesick. Tapi rindu itu bisa kamu
tangani sendiri dengan pemahaman yang lebih dewasa, kan? Hehee.
# 2 Sebelum berpisah puas-puasin main sama saudara
atau sahabat kita
Ini sebenarnya sesuatu yang aku tidak dapatkan
sepenuhnya. Ada rasa kecewa karena aku tidak bisa main dan bareng-bareng lebih
lama sama adikku satu-satunya. Kenapa? Ya karena usia kami terpaut 17 tahun.
Adikku masih kecil, dulu inget banget pas awal merantau terus satu bulan
kemudian pulang. Adikku malah tidak mengenal siapa kakaknya. Huaaa kan nyesek. Kalau
sama sahabat pun demikian.
#3 Inget Tujuan Merantau
Nah, ini niiiih wajib kalian garis bawahi. Sejak memutuskan
untuk hijrah ke kota atau negara orang ada baiknya kita paham betul tujuan kita
disana buat apa? Buat bersenang-senangkah, atau buat mencari ilmu? Atau sebagainya..
Dengan begitu, pas homesick melanda. Setidaknya kita bisa mengendalikan rasa
itu secara lebih bijak lagi. nggak langsung buru-buru pulang atau nangis
dipojok kamar. Istilahnya kita coba menegarkan diri dengan mengingat tujuan
kita berada dikota orang.
#4 Komunikasi
Mau dimana pun, komunikasi salah satu faktor penting
dalam berhubungan dengan siapapun. Apalagi buat para LDR-an macam anak rantau
ini, komunikasi itu penting banget. Setidaknya, kalau kita komunikasi sama
saudara/sahabat/orang tua itu bisa melegakan rasa rindu walaupun sedikit. Apalagi
kalau diikuti sambil minta doa dari orang tua. Masya Allah adem banget meskipun
kita jauh, karena orang tua selalu meridhoi. Lagi pula sekarang kita di zaman
modern, kalau dulu pake surat sekarang bisa telepone bahkan yang lebih canggih
bisa video call. Jadi kita bisa
menatap orang-orang yang kita rindukan walau jarak begitu membentang. *cielah*
Jangan banyak sibuknya.
Jangan banyak cueknya.
Luangkan saja waktumu sedikit untuk menikmati
kebersamaan
Sebab, jika mereka sudah tiada
Kamu akan memeluk rindumu hanya sendirian.
Semoga bermanfaat ya.
tulisan lama, saat menjelang detik-detik homesick.
tyataya
Semoga bermanfaat ya.
tulisan lama, saat menjelang detik-detik homesick.
tyataya
Wah kalo aku sendiri jujur jarang sekali homesick, mungkin karena aku kurang suka dengan suasana di rumah. Bahkan waktu aku di pesantren lebih senang di pondok daripada di rumah.
BalasHapusBtw, semoga teman-teman yang merantau diberi kekuatan agar tidak homesick dan tetap betah di perantauan. Thank you sharingnya ^^