Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 20 September 2017

Jangan Remehkan Homesick



Poto by google
Siapa yang punya rencana merantau? Jauh dari kampung halaman, mengembara ke suatu tempat demi mendapatkan pendidikan atau penghidupan yang lebih baik lagi? Sejak memutuskan kuliah di bandung dan jadi anak kost (yang katanya banyak deritanya wkwkwk) aku resmi deh jadi anak rantau; jauh dari orang tua, dari lingkungan keluarga, dari saudara-saudara tercinta (karena kebetulan rumah saudara pada deket semua)  yang biasanya suka main ke saudara untuk babacak (istilah dikampungku, yaitu makan bersama-sama, atau mungkin ada yang kenal istilah Botram?) main bareng temen-temen di kampung halaman, kumpul dan bercengkrama sama keluarga tiap malam. Ah pokoknya banyak kegiatan yang dulu aku alami. Sekarang jadi terhalang oleh jarak yang membentang. Jujur ya, dulu kegiatan-kegiatan seperti itu memang membahagiakan, tapi aku beranggapan biasa aja, nggak ada yang istimewa sama sekali. Lha orang tiap hari gampang dilakukannya ko. Hanya sebatas bahagia dan bersyukur punya mereka. Tapi sekarang, setelah menjalami hidup hampir lima tahun di kota orang. Kebahagiaan itu berubah jadi kuncup-kuncup kenangan yang berkeliaran saban malam di kepalaku. Lantas serta merta kenangan itu menggelembung menjadi rasa rindu. Rasa rindu yang hanya bisa diobati dengan; Pulang. :”)

Mungkin pengalaman dan ilmuku masiiiiiiih sedikit. Tapi kalau mengingat keputusan-keputusan yang dulu aku ambil, rencana-rencana masa depan yang sudah gamblangnya ditulis dan usaha-usaha untuk meraihnya membuat dua sisi yang kadang bertolak belakang tapi kadang juga jadi penguat sekaligus pengingat untuk tetap bertahan; maksudnya bertahan saat kondisi ekonomi yang defisit. HAHAHA.

Jadi dalam postingan kali ini, lagi-lagi aku cuma mau berbagi perasaan dan kenangan.  Aku pake istilah homesick, ini merupakan sebuah kegiatan yang menimbun rindu (hanya menurutku saja) Nyatanya dari berbagai sumber hasil googling baca sana baca sini. Homesick ini merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasa menderita akibat terpisah dari lingkungan rumah, orang tua, atau hal-hal lainnya. Gejala homesick normal banget sih sebenarnya karena hampir semua orang pernah mengalaminya. Tapi kalau homesick ini enggak segera diatasi akibat fatalnya bisa depresi. Aku pernah enggak ya depresi? *mikir* mungkin depresiku disalurkan kepada kegiatan tulis menulis ini. HAHAHA. Aku bisa ngebedain kalau udah tanda-tanda rindu rumah biasanya aku nggak bisa konsentrasi, raga ada di Bandung sedangkan pikiran ada di rumah. Oiaaaa, meskipun udah komunikasi jarak jauh (re: HP) tapi teteeeep rasanya tuh beda. Kaya ada pait-paitnya gitu. 



Oke skip ya curhat gajelasnya. Mari kita ke tulisan yang sedikit berfaedah.  Sekarang aku coba mau share bukan tentang dampak homesick atau gejala homesick dan bagaimana cara ngatasinnya. Bukaaaan yaaa. Justru aku mau narik kebelakang. Sebelum gejala homesick itu terjadi biasanya kita sering cuek aja saat di lingkungan rumah. Atau misalkan ada orang yang seumur hidupnya nggak pernah mengalami rasa rindu? Jadi kaya bang Toyib gitu nggak pernah pulang atau silaturahmi ke teman-temannya? ah, gak mungkin.. ada nggak sih? Pemikiranku lebih menjurus ke anak kosan ya, karena emang kondisiku sekarang lagi demikian adanya. Jadi mohon maaf sekali lagi bila nanti ada perbedaan pendapat atau pemahaman. Sebelum memutuskan untuk merantau ke kota orang atau ke negara lain atau hijrah kemanapunlah. Ada baiknya kita harus memerhatikan beberapa hal agar saat tanda-tanda homesick sedang melanda kita, kita bisa mengendalikannya. Kan nggak mungkin ya kita pulang tiap hari ke rumah setelah merantau hanya karena homesick tiap saat? Udah aja gitumah namanya didukdak.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah :

#1 Jangan sia-siakan waktu saat bersama keluarga
Keluarga bagiku sangat penting, karena dari keluargalah kita pertama kali mendapatkan pendidikan, tempat mendapatkan kasih sayang juga rasa aman. Alhamdulillah keluargaku—walaupun sederhana tetapi di dalamnya aku menemukan kebahagiaan yang tidak bisa aku dapatkan dilingkungan pergaulanku. Hal-hal sederhana seperti kebersamaan saat makan bersama, piknik bersama, nonton tv bersama atau kadang di marahi karena kita ceroboh, mungkin juga kepanikan ibu kita saat kita sakit.  Rasanya fase-fase itu jangan kamu sia-siakan deh. Biasanya kalau pikiranmu jernih dan keluargamu mendukung kamu akan punya pemahaman sendiri tentang perpisahan. Kecuali kalau anaknya manja-manja amat. Jadi saat jauh dari lingkungan keluarga, kamu memang merasakan homesick. Tapi rindu itu bisa kamu tangani sendiri dengan pemahaman yang lebih dewasa, kan? Hehee. 


# 2 Sebelum berpisah puas-puasin main sama saudara atau sahabat kita
Ini sebenarnya sesuatu yang aku tidak dapatkan sepenuhnya. Ada rasa kecewa karena aku tidak bisa main dan bareng-bareng lebih lama sama adikku satu-satunya. Kenapa? Ya karena usia kami terpaut 17 tahun. Adikku masih kecil, dulu inget banget pas awal merantau terus satu bulan kemudian pulang. Adikku malah tidak mengenal siapa kakaknya. Huaaa kan nyesek. Kalau sama sahabat pun demikian.

#3 Inget Tujuan Merantau
Nah, ini niiiih wajib kalian garis bawahi. Sejak memutuskan untuk hijrah ke kota atau negara orang ada baiknya kita paham betul tujuan kita disana buat apa? Buat bersenang-senangkah, atau buat mencari ilmu? Atau sebagainya.. Dengan begitu, pas homesick melanda. Setidaknya kita bisa mengendalikan rasa itu secara lebih bijak lagi. nggak langsung buru-buru pulang atau nangis dipojok kamar. Istilahnya kita coba menegarkan diri dengan mengingat tujuan kita berada dikota orang. 

#4 Komunikasi
Mau dimana pun, komunikasi salah satu faktor penting dalam berhubungan dengan siapapun. Apalagi buat para LDR-an macam anak rantau ini, komunikasi itu penting banget. Setidaknya, kalau kita komunikasi sama saudara/sahabat/orang tua itu bisa melegakan rasa rindu walaupun sedikit. Apalagi kalau diikuti sambil minta doa dari orang tua. Masya Allah adem banget meskipun kita jauh, karena orang tua selalu meridhoi. Lagi pula sekarang kita di zaman modern, kalau dulu pake surat sekarang bisa telepone bahkan yang lebih canggih bisa video call. Jadi kita bisa menatap orang-orang yang kita rindukan walau jarak begitu membentang. *cielah*

Jangan banyak sibuknya.

Jangan banyak cueknya.

Luangkan saja waktumu sedikit untuk menikmati kebersamaan

Sebab, jika mereka sudah tiada

Kamu akan memeluk rindumu hanya sendirian.


Semoga bermanfaat ya.
tulisan lama, saat menjelang detik-detik homesick.
tyataya

1 komentar :

  1. Wah kalo aku sendiri jujur jarang sekali homesick, mungkin karena aku kurang suka dengan suasana di rumah. Bahkan waktu aku di pesantren lebih senang di pondok daripada di rumah.

    Btw, semoga teman-teman yang merantau diberi kekuatan agar tidak homesick dan tetap betah di perantauan. Thank you sharingnya ^^

    BalasHapus