Hai teman-teman blogger! Pernah enggak sih kalian
mengalami kemacetan dalam menulis sesuatu, padahal udah ada niat yang
menggebu-gebu gitu tapi saat udah di depan laptop; Mau nulis apa ya? Duh, ini
udah basi. Duh tema yang itu udah pasaran. Nah kaan, akusih seriiiiing ngalami
hal demikian. Sudah sekitar dua Minggu aku mengalami yang namanya writer’s block. Penyebabnya beragam tapi
yang sering melanda sih yaaa, ini karena kurang jalan-jalan. Hahaha. Ada
beberapa draft tulisan yang masih nganggur belum terjamah setelah beberapa
Minggu aku mogok nulis, Cuma bisa bikin caption di instagram aja gitu.
*miris* oke ah, lupain.
Kebetulan atau emang udah ada planning sih dari sebelum UAS. Si lanang ngajak aku traveling ke
pantai bersama keluarga besar coeg-nya.
Dia tahu kalau aku belum pernah (lagi) atau lebih tepatnya sudah lama tidak
melihat senja di pantai. Sampai-sampai aku lupa kalau air laut itu asin. Kalau
perahu-perahu nelayan akan kembali ke dermaga. Seingatku, aku pernah pergi ke
pantai dan leluasa menikmati senja saat aku duduk di bangku 5 SD. Masih kecil
yaaaaa. Hal yang membekas dan gak pernah ilang sampai sekarang itu, aku pernah
tenggelam saat berenang dipantai gara-gara berenangnya pake ban tapi duduknya
kebalik. Kan aneehh. Kena marah sama orang tua, plus engap karena enggak bisa
nafas di air. Hft. Untunglah aku orangnya enggak kapokan. Meskipun punya hal
buruk tentang pantai tapi bagiku pantai selalu menawarkan senja yang menawan.
Dan aku rindu menikmatinya lagi!
Tanggal 29 April 2017 kemarin aku punya kesempatan
mengunjungi pantai lagi. Setelah sebelumnya traveling ke cirebon ngeliat air
laut juga di Waterland Ade IrmaSuryani tapi sayang enggak sempat menikmati
senjanya. Nah berangkat dari sana pas diajak jalan-jalan ke pantai April kemaren aku langsung excited.
Singkat cerita, aku dan rombongan—keluarga coeg,
berangkat dari kota Bandung dengan menggunakan motor sekitar sebelum subuh. Lantas
melaksanakan sholat subuh di masjid Pahlawan, briefing sekitar sepuluh menit dipimpin oleh salah satu temanku yang
bernama Indra. Ya, dia yang menjadi ketua acara jalan-jalan kali ini.
Hal yang paling aku sukai saat traveling itu ketika
aku harus bangun pagi-pagi diperjalanan aku bisa menikmati perubahaan warna
langit lepas subuh ke pagi hari. Menurut mbah google perubahaan warna tersebut
disebabkan oleh kombinasi penyebaran rayleigh warna biru dan tingkat kepadatan
atmosfer bumi. Sekedar ilmu pengetahuan saja dan aku suka menikmati warna-warna
langitnya. Aku suka saat matahari malu-malu terbit di ufuk timur. Menghirup
udara segar. Melihat embun menetes dari
ujung dedaunan. Atau, ketika melihat orang-orang mulai menggeliat dari
istirahat mereka untuk memulai (lagi) rutinitas mereka. Atau ketika aku bisa
melihat senyuman si doi? *HALAH ENGGAK USAH DISERIUSIN YANG INIMAH WKWK* Rute yang ditempuh untuk sampai ke lokasi
adalah; Bandung – Garut – Tasikmalaya – Ciamis – Banjar – Pangandaran. Kurang
lebih 214 km. Hehehe. Lumayan yah bikin pegel.
finally aku dan rombongan keluarga coeg tiba kira-kira
sekitar pukul 11.00 WIB. Kami istirahat beberpa jam, mengumpulkan lagi energi
untuk mengunjungi beberapa tempat yang sebelumnya sudah di list. Aku berada disana selama tiga hari dua malam. Untuk urusan
makan dan penginapan semuanya sudah diatur sedemikian rupa sama si papah. (Spesial thanks for taking a lot of time to
make us enjoy the atmosphere yesterday and dont have to bother thinking about
lodging that the minimum price) Jadi, maaf kalau direview kali ini aku tidak
akan menjelaskan detail harga penginapan + tiket masuk lokasi wisata. Mungkin
kalau informasi seputar itu teman-teman bisa langsung cek ke website resminya
wisata pangandaran beach. Klik disini
Dan... ini beberapa lokasi wisata yang aku kunjungi.
Sebenarnya, aku ke pantai Pangandaran itu punya niat khusus yaitu kepengen
ngeliat matahari tenggelam Hahaha. Ini alay banget ya? Yauda gapapa. Wwkwk.
Jadi, mohon dimaklumi apabila tidak ada poto-poto yang menarik karena aku
terlalu fokus ke “suasana alamnya”
·
Hari pertama ke
Pantai Barat Pangandaran
Lepas istirahat dan sholat dzuhur, sekitar pukul
16:00 WIB aku dan rombongan pergi ke pantai barat untuk menikmati matahari
tenggelam. Kalau boleh jujur setelah mengunjungi beberapa titik lokasi wisata.
Aku paliiiiiing suka saat di pantai barat. Memang, pasirnya enggak putih. Tapi
suasananya tenang, mungkin karena mendekati mau magrib kali yaa jadi
orang-orang yang berkunjung satu persatu pada pergi jadi aku bisa menikmati
seluruh keindahan pantai sendirian *hanya seolah-olah* padahalmah ada teman-teman
yang lagi main bola dan yang lagi poto-poto. Nih ya saking aku bener-bener suka
banget sama suasana sore hari di pantai barat pangandaran aku sampe lupa kalau
harus pemotretan produk baru dari gluckfashion. Maafkan ya buat partner aku,
kemaren hampir tiga hari slow respon, customer udah banyak yang kirim format
order tapi alhamdulillah bisa di handle.
Oh ya, saat aku menikmati senjanya, kan posisinya
tuh aku lagi duduk diatas perahu yang berlabuh, aku enjoy aja melihat ke lautan lepas sambil si angin sepoy-sepoy
menerpa wajahku yang kumel sambil sesekali otakku sedang berproses merangkai
kalimat-kalimat ajaib untuk disebut sebagai; puisi.
Definisi bahagia
/1/
Pada kala itu, antara
batas horizon langit dan awan yang menggantung menyaksikan ombak dihantam
angin.
Kau pernah bertanya
kepadaku tentang sebuah definisi yang banyak dibicarakan orang
Aku yang berada
disampingmu hanya menyimak semua panjang lebarmu.
Kau terus
mengulang-ngulang lantang bahwa kau bahagia.
Sementara aku tahu,
hatimu sendiri kerontang kering.
/2/
Lalu diantara perubahan
warna langit.
Kau bertanya kepadaku.,
“ apa kabar dengan hatimu? Apakah kau sudah bahagia dengan sikap diammu itu?”
Kau tersenyum. Aku bisa
melihat deretan gigimu yang rapi.
Tapi, aku tidak
menemukan makna senyumanmu.
/3/
Aku melihat matahari
pelan-pelan tenggelam.
Ombak terus saja
bergulung-gulung. Mereka seolah sedang berpuisi. Menarikku pada imaji yang
abadi.
Kau tahu, diamku bukan
berarti aku kesepian.
Diamku bukan berarti
terluka.
Diamku bukan berarti
aku tak peduli.
Hatiku selalu senja,
caraku saja yang berbeda mengungkapkannya.
Mengertikah maksudku?
Begini saja, cobalah duduk bersamaku dengan sebenar-benarnya dirimu.
Maka kau akan menemukan
definisi bahagia. setidaknya, definisimu sendiri, bukan dari “katanya” yang
orang lain katakan.
Pangandaran, 2017
Ditulis diatas perahu yang berlabuh, lalu tiba-tiba
si tukang perahunya datang dan berbicara, “de maaf jangan duduk disitu, mau
dianterin ke pasir putih? Murah koo.”
Aku cepat-cepat bardiri lantas tersenyum, “Oh
enggak, aku hanya sedang menikmati senja.”
***
Karena hari sudah semakin gelap dan petugas sudah
berulang-ulang kali mengumumkan lewat pengeras suara agar para pengunjung tidak
ada lagi yang berenang bebas karena ombak sedang pasang.
Malam harinya, rencananya sih “katanya” mau
bakar-bakar di dekat pantai. Kita sudah
membawa bahan makanan yang akan dibakar; jagung,
sosis, baso, mayones, kecap, saus. Tapi sayang peralatan untuk bakar
membakarnya enggak ada. Kaya misalkan kayunya harus dicari dulu keliling
pantai, Susah gitu yah nyari kayu kering. Kalau dihutan sih gampang meskipun
ada tapi tetep aja kami mengalami beberapa kendala. Yauda alhasil bakar
membakarnya enggak jadi, malah si apinya dijadiin api unggun saja HAHAHA. Terus
ujung-ujungnya kita diskusi tentang “Arti sahabat.” Dalam moment ini, aku
pribadi seneng karena bisa tahu prespsi masing-masing tentang “persahabatan”
Seolah aku diajarkan untuk tidak menjadi orang yang egois.
Oh ya! Yang bikin aku kaget. Aku ketemu uncal (Re: Rusa)
yang tiba-tiba ada di dekat pantai lagi jalan-jalan wkwkwk. Ternyata rusa
tersebut berasal dari cagar alam hutan lindung yang terdapat diantara pantai
barat dan pantai timur pangandaran. Kalau menjelang sore hari mereka suka
jalan-jalan keliling kampung wisata dan kerennya lagi mereka itu jinak. Ternyata semakin malam suasana kampung wisata
pangandaran semakin ramai. Kalau kalian berlibur bersama keluarga ke pantai
pangandaran saranku carilah penginapan yang dekat pantai dan dekat dengan
warung jajanan wkwk. Ternyata banyak sekali warga yang menawarkan fasilitas
naik—kalau dikampungku di Subang namanya odong-odong. Seperti berbentuk mobil
kodok tapi dihias sedemikian rupa, dikasi lampu kerlap-kerlip. Jadi odong-odong
itu bisa ditumpangi cukup untuk tiga orang atau bahkan bisa lebih dari tiga
orang untuk jalan-jalan menikmati suasana malam hari kampung wisata
pangandaran. Atau, bagi pasangan muda yang sedang berbulan madu. Ada fasilitas
menyewa sepeda kompak dimana sepeda ini terdiri dari dua tempat duduk atau
bahkan lebih.
·
Hari kedua
mengunjungi wisata Pasir Putih Pangandaran
Nah, kurang lengkap ya rasanya kalau pergi ke
pangandaran tapi enggak sempat ke pasir putihnya, karena lokasi ini merupakan
icon utama dan menjadi favorite untuk dikunjungi. Sebenarnya untuk memasuki
lokasi pasir putih ini ada dua cara, pertama dengan menyewa perahu dari pantai
barat atau kamu bisa langsung jalan kaki melewati cagar alam karena pasir putih
lokasinya berdekatan dengan cagar alam.
Aku dan rombongan meyewa perahu untuk sampai ke
lokasi pasir putih, dan dua orang pemandu perahu kami menawarkan agar kami mau
jalan-jalan mengunjungi beberapa titik lokasi sebelum sampai ke pasir putih.
Ada 8 lokasi diantaranya:
1.
Pantai penyu
bertelur
2.
Batu kodok
3.
Batu buaya
4.
Batu mandi
5.
Gua walet (Gua
ini dulunya ini menjadi perdebatan antara orang bugis dengan orang *lupa lagi
karena enggak sempet ketulis wkwkwk* tapi sekarang Gua Walet tersebut dilindungi
pemerintah. Dari kejauhan aku melihat stalaktit dan stalakmit.)
6.
Batu Mandi
(Lokasi pemberian sesajen pada saat pesta rakyat atau pada satu suro. Semua
perahu dikumpulkan disana dengan kepala kerbau yang dihanyutkan pada saat
perayaan tersebut.)
7.
Batu badak
8.
Batu mirip orang
tapi enggak tahu lupa namanya, pokoknya batu tersebut kalau dari kejauhan
keliatan tapi kalau kita mendekat pake perahu batu itu menghilang.
Maafkan kalau enggak ada pict yang ini. Please kalian
harus tahu kalau selama diperahu aku mabuk laut HAHAHAHA. Jadi Cuma motret
sekali-kali aja.
ini adalah kapal MV Viking pencuri ikan yang dikaramkan dikawasan pantai pangandaran oleh Ibu Susi Menteri Kelautan dan Perikanan. |
Setelah mengunjungi ke delapan lokasi tersebut,
akhirnya kita sampai di pasir putih. Menurutku pasir putih memang sangat
populer sekali. Sekitar pukul 8 pagi berada disini juga sudah ramaiiiiii sekali
dipenuhi para wisatawan, banyak perahu yang hilir mudik. Dilokasi yang satu ini
kalian bisa snorkeling, main
pasir-pasiran, atau melihat monyet dan rusa berkeliaran disekitaran pantai
karena lokasinya menyambung dengan hutan cagar alam pangandaran. Fauna disini
dilindungi dan semuanya telah jinak, namun hati-hati kalau kalian memberi hewan
tersebut makan sifatnya agak agresif.
Dan terakhir, untuk menutup jalan-jalan kami,
penutupnya adalah makan – makan dirumah teh Nia—kenalannya Papah. Kami melanjutkan
niatan yang tertunda tempo hari untuk bakar – bakar jagung, sosis, baso. Di rumah
Teh Nia kami juga disuguhi makanan yang supeeeeeeer lezat.
Mungkin itu yang bisa aku bagi pada trip kali ini.
Akhirnya kesampaian pergi kepantai dan liat senja.
tapi, rada sedih karena pasir putih pangandarannya kurang menawan karena banyak sampah yang dibuang sembarangan, saat snorkeling pun kata temenku (karena aku enggak ikutan aktifitas satu ini) keindahan dibawah lautnya kurang greget karena banyak terumbu karang yang mati. Mudah - mudahan kedepannya kita bisa menjaga keindahan alam secara lebih arif lagi ya.
Lokasi Pasir Putih Pangandaran |
Aku juga sering mengalami macet ide menulis, Mbak. Sudah punya foto-fotonya, sudah siap menulis, terus datang pikiran lain yang mensabotase: Ih itu kan pasaran banget. Lama-lama aku cuekin saja lah, biarin ide basi, yang penting update blog hehehe..
BalasHapusHahaha iyaaap bener sekali mbak Eviii :)
Hapusmantap, asik ya jadi anak pantai. Gaul amat bahasanya, si lanang keluarga coeg :")
BalasHapusDuh kangen ke Pangandaran, terakhir 2014 sama mantan :((
BalasHapusWow.. Bikin makin pengen ke Pangandaran..
BalasHapusDari dulu wacana terus tapi g pernah terlaksana.. huhu T_T
Salam kenal mbak dari menggapaiangkasa.com