Judul
: MEMORABILIA
Penulis
: Sheva
Editor : Donna Widjajanto
Penerbit
: Bentang Pustaka
Tahun
Terbit : Cetakan pertama, Maret 2016
Jumlah
Halaman : 290 Halaman
ISBN
: 978-602-291-124-1
“Cara
satu-satunya untuk selamat dari kenangan yang buruk dan melelahkan adalah
melupakan.” – Barthes
Semua orang pernah mempunyai kenangan, baik itu
kenangan indah maupun kenangan buruk. Tapi anehnya, yang sering berkelebat dan
bersemayam didasar pikiran kita adalah kenangan buruk. Terkadang kita lupa
bahwa ada cara yang sederhana yang bisa kita lakukan dengan kenangan. Yaitu
Melupakannya.
Semua orang sepakat bahwa melupakan adalah salah
satu cara terbaik untuk kita bisa tersenyum dimasa depan. Lalu, Bagaimana jika
ada tempat lain yang bisa menjual semua kesedihan dan deritamu? Kamu bisa
berbagi barang-barang yang menyimpan kenangan di masa lalu? Membaginya dengan
seseorang yang bisa merasakan kesedihanmu.
Memorabila bercerita tentang seorang gadis bernama
Jingga yang mendapatkan ide karena temannya yang bernama Karsha membawa sebuah
lukisan macan. Lukisan macan berwarna hitam putih yang ternyata adalah pemberian
dari mantan kekasihnya Karsha. Setiap kali Karsha melihat lukisan itu, kenangan
bersama kekasihnya terasa benar-benar kembali hadir, dan itu semua membuat dada
Karsha dipenuhi sesak. Jingga mendapatkan ide untuk menjual lukisan tersebut di
media sosialnya. Karsha merasa lega kenangan yang membuat hatinya menangis kini
telah hilang. Karsha sepakat membantu Jingga dengan dibantu oleh sepupunya—Januar,
untuk membuat sebuah majalah khusus memori buruk yang ingin dijual. dari situ,
segalanya dimulai (Hal : 29)
Tahun-tahun pertama ketika Memorabilia belum menjadi
sebuah bisnis yang serius adalah saat yang sukar untuk dilupakan.Saat itu
kantor yang mereka tempati adalah Jingga atau Kamar Karsha. Lagi-lagi kalau
Karsha tidak berceletuk sesuatu yang urgen, “Kita enggak siapin apa-apa buat
tugas akhir? Kita mau bikin apa?”
Kesukseskan Memorabilia dimulai saat tugas akhir di
universitas mereka yang harus mempresentasikan bisnis yang dijalankan bersama
dihadapan para penelis dosen. (Hal:36)
Mereka bisa mendapat kesempatan untuk berkenalan
dengan kolektor benda seni, karena tidak jarang Memorabilia pahit yang hendak
dibagikan kepada mereka yang mengerti akan kenangan-kenangan itu sendiri.
Misalnya, kendi mungil pemberian seorang ibu-ibu kaya yang tinggal didaerah
Menteng. Kendi itu terjual dengan harga yang sangat tinggi. Ibu Dinna—pemilik
kendi tersebut akhirnya menjadi angelic
investor bagi tim Memorabilia. Ibu Dinna dan anaknya, Pak Giran menjadi
investor utama bagi mereka. Modal yang mereka berikan cukup besar bagi
kelangsungan Majalah Memorabilia. (Hal: 37)
Hingga suatu hari saat Tim Memorabilia diundang di
acara talkshow yang diadakan di
auditorium kampus. Saat sesi tanya-jawab ada seorang peserta seminar yang
bertanya, yang diketahui namanya adalah Bapak Pramoedya berusia 68 tahun. Pak
Pramoedya terlihat sangat tertarik dengan Memorabilia. Ia menawarkan bukan
sebuah barang lagi. Tapi Sebuah Gedung Bioskop bernama “Teather Bahagia”.
Kondisi bioskop tersebut memang sudah tua. Pak Pramoedya ingin menemukan orang
yang tepat untuk menjual bioskop tersebut. Dan, ia ingin menjadikan Memorabilia
sebagai patnernya.
Mengetahui Maksud dan Tujuan dari Pak Pramoedya,
Jingga menolak dengan halus. Sontak, Karsha dan Januar yang berpikir bahwa
penawaran ini cukup bagus dalam mendobrak kelangsungan Memorabilia juga
meyakinkan Sule—salah satu klien yang memasang iklan di majalah Memorabilia
untuk tidak menarik budgetnya. Selama
setahun, Sule selalu menempatkan iklan semua restoram dalam holding tersebut di spot-spot besar pada majalah Memorabilia.
Januar dan Karsha tidak pernah tahu apa yang
berkecamuk dihati Jingga. Tentang bioskop tua tersebut. Pikiran Jingga
tiba-tiba berada disuatu tempat yang jauh, Jingga memilih tidak menyibak
kenangan menyakitkan itu. Satu sisi, Jingga mengingat Memorabilia lebih penting
dari segalanya. Jingga tahu, jika ia mengiyakan permintaan Pak Pramoedya pasti
Sule masih tertarik menjadi pengiklan
tetap. Memorabilia tidak perlu takut akan tutup, Namun ada yang menahan
diri Jingga untuk melakukannya. (Hal:45)
Menurut saya, Novel ini benar-benar menarik untuk
dibaca sampai tuntas, saya sampai penasaran rahasia apa yang disembunyikan
Jingga? Kenangan apa yang membuat hatinya begitu menderita. Meski dibalik itu
saya juga cukup sedikit sebal, karena pemaparan yang cukup panjang.
Novel ini juga mengajarkan kita untuk tidak serta
merta melupakan sebuah kenangan. Sepahit apapun itu. Meskipun barang-barang
yang menyimpan kenangan bisa dijual. Tapi, hal yang harus kalian punya adalah
sebuah rasa keikhlasan. Keikhlasan untuk berdamai dengan masa lalu.
Karena masa lalu tetap saja ada dibelakang, bukan?
iiiihh itu boneka kelincinya lucu banget. Buat aku yah...
BalasHapus*eh loh kok? O_O
gue punya kenangan sangat buruk, sampai sekarang belum bisa dilupain. Pengen lupain, soalnya capek kalo tiap kali kenangan itu muncul dadakan di kepala, langsung terpancing emosi dan jantung jadi berdegub lebih cepat. Capek kan emosi muluk...tapi gimana yah, gue belum bisa meredakan amarah yang masih meluap-luap ini. Mungkin gue perlu baca buku ini... O_o
kalo ga bisa lupa dari kenangan buruk gimana dongg??
BalasHapusmesti dibawa ke terapis itu mas
Hapus