Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 18 Oktober 2014

From the Earth, to the Rain




Dulu, dikala masih ada titik pemisah antara sorotan mata yang membentuk arti. Kamu dengan segala ketakutan, dan aku dengan segala ketidaktahuan. Mengartikan segalanya adalah biasa.  ntah sejak kapan kamu menjelma menjadi jagat raya yang didalamnya terdapat milyaran galaksi lalu tertarik menghamburkan bintang, kerlap kerlip terang dan menyala. Mempesona. 

Dan....

setiap tindakan dan sentuhanmu menyimpan banyak pertanyaan dalam benakku, Rahasiamu seperti lautan yang menyimpan banyak misteri, menimbulkan gelombang ketidakmengertian, aku diantar kembali menyelami lautanmu, lebih dalam. Lebih keras. Hingga aku hanya bisa sampai pada zona bathyal, dimana sinar matahari hanya bisa sampai pada batas itu.
aku memang tak sanggup mencapai palung yang kau sebut sebut sebagai rahasia rasa. Yang ntah berwujud seperti apa.  Tapi ku kira, Sedikit tekanan bisa membongkar rasa yang entah berapa lama mengendap.

Lalu, setelah semuanya seterang mentari pagi, aku baru menyadari akan dua insan yang saling membutuhkan. Kamu menjelma menjadi udara yang kuhirup dalam sisa sisa kesesakanku. Ketika udara tidak dapat lagi menahan semua uap air, kemudian dengan semua proses yang terjadi, kamu menjelma menjadi setetes embun yang mendamaikan jiwa. 

Terkadang, kenormalan seseorang bisa di pertanyaan saat delusi menghampiri, kukira realita sudah melebur bersama ilusi dalam harapan yang nyatanya hanyalah fatamorgana.
Aku mulai memikirkan tentang sebuah pengakuan, mengalah pada pernyataanmu, setiap malam dibatas sadar, bersama Kunang Kunang yang berpijar, kulihat cakrawala asa, kutulis dirimu dalam aksara. Bahwa aku tak bisa lagi menjauh dari semua yang bisa mendekatkanku dipelukanmu, di ruang yang tersedia kini, tanpa kehampaan, aku mencintaimu dalam ketidaknormalan, dan aku menikmati semua itu. tak perlu dengan pertanyaan mengapa dan karena, Rasakan saja, ketika keanehan mengubah abu abu menjadi pelangi. 


Tapi, jika harus kukatan ini, dititik paling sadar yang setidaknya masihku miliki,
Aku ingin sedikit egois berganti peran menjadi antagonis, rasanya lelah memikirkan sesuatu yang membahagiaan tapi juga mengkhawatirkan. Tentang rencana rencana indah dimasa depan? Yang sering dihadirkan dalam pembicaraan, malaikat malaikat kecil yang berseri seri membuat kesabaran begitu saja menguap.  Aku tidak pernah ingin menyekat hatiku sendiri, membebaskan sebebas bebasnya di lapisan paling tinggi sebuah imajinasi yang perlahan melebur menjadi sebuah do’a tulus, kuharap, ada bibir bibir ikhlas yang meng-aamiin-kannya. Selain jeritan hati kita masing masing.


aku berdoa disuatu masa yang kusebut masa depan.
Di setiap dingin malam yang menjalar, aku ingin bisa memelukmu lebih erat lagi..
Lalu, pada pagi hari dimasa depan. Aku ingin menikmati setiap lengkungan senyummu lebih lama...
Hingga pada siang hari tempat dimana matahari membakar optimisme, aku ingin menjadi tempat keluh kesahmu.  Aku ingin terus menggenggam tanganmu hingga rambut memutih dan kulit mulai mengendur.  Lebih dari yang selalu kudekap, aku ingin menjadi tujuanmu pulang. ini terlalu egois bukan? Lantas apa yang harus kita lakukan dalam bentangan takdir?yang jelas, ini bukan sebuah drama yang kita bisa atur sendiri endingnya.Ini kenyataan yang menyesakan dada, dan ketakutan yang merisaukan kebersamaan..
Bagaimana mungkin, semua orang sibuk mengindahkan masa depan, sementara kita. diambang kekhawatiran. Rasanya, tak ada gunanya merayu sang takdir agar bepihak pada kita. kita hanya menunggu. Dan kurasa, takdirpun juga menunggu. Tapi setidaknya kita masih bisa berjuang bukan?

Aku tak peduli dengan masa dimana kita akan saling menguatkan, atau saling mengikhlaskan. Aku akan tetap dititik ini, mencintaimu.

untuk semua yang kusebut bahagia adalah kamu. 
terimakasih atas cinta yang sesederhana senyuman polos kita.
mencintai keanehan adalah sebuah keanehan.
Kita akan utuh, jika tak saling acuh. Jadi, tetaplah selalu seperti itu. Anomali.



From the earth, to the rain
Minggu, 19 oktober 2014
5:45 wib
I see you
@tyataya


Tidak ada komentar :

Posting Komentar