Kata Ayah @Pidibaiq
“Mungkin ada orang yang menulis untuk mengatakan kata hatinya, maafkan aku kalau salah, karena aku menulis untuk mendengarkan apa kata hatiku.”
Begitulah. Begitulah kata-kata Ayah ini seolah mendorongku
untuk kembali bersemangat bahwa menulis bukan hanya sekedar meluapkan semua isi
hati, menumpahkannya dalam emosi dan bahagia yang meletup-letup. karena pada
kenyataannya mendengarkan kata hati jauh lebih nyaman ketimbang berkutat dengan
keegoisan belaka.
Aku mau sedikit bercerita, boleh, kan? baiklah kurasa boleh
karena ini blogku sendiri. HAHA.
Sejak duduk di kelas 1 SMA kebetulan atau emang salah masuk
kelas wkwwk, aku ditempatkan di kelas unggulan kedua—kelas X4 waktu itu. sejak
menetap di kelas itu aku merasakan suasana yang berbeda. dulu ketika masih SMP
aku masih santai-santai dalam mengerjakan PR. Masih sering bertanya dan
mendapat bantuan dari teman sebangku atau kalau sudah buntu banget akhirnya menyalin punya teman saja
(bagian ini jangan ditiru, ya)
semenjak namaku terselip di kelas X4 aku jadi harus ekstra belajar.
Orang-orangnya pada pinter-pinter, Aktif bertanya, Aktif menjawab. Bahkan aku
sering kelimpungan sendiri mengejar materi yang diberikan guru-guru pada waktu
itu. Tapi anehnya, ketika pembagian raport
aku masuk 10 besar. waktu itu itu aku peringkat ke 8. Ajaib gak sih? Belajar aja mandet-mandet.
Akhirnya aku berpikir. Kayanya kalau masuk lima besar seru
deh. Pasti belajarnya makin gila lagi. HAHA. Untung saat itu aku punya tiga
teman yang luar biasa. mereka selalu support
aku, yang selalu mengerti keadaan aku bahwa aku ini lemah dalam hal hitung
menghitung. Aku paling benci yang namanya Matematika, Kimia, Fisika atau apapun
lah yang behubungan dengan angka! Kebetulan Mereka mengenalkanku pada sebuah
buku—yang waktu itu sedang booming-boomingnya. Laskar Pelangi karyanya Pak Cik
Andrea Hirata. Dan jujur itu novel
pertama yang aku baca. Membaca buku pertama yang rasanya enggak bisa berhenti untuk
terus membaca lembar perlembarnya.
Berangkat dari sana aku mulai merasakan perubahan yang
besar. Aku mulai merasa nyaman bersama buku, aku mulai menyukai dunia menulis. Entah
itu menulis puisi, artikel, cerpen, bahkan novel. Atau sekedar curhatan belaka. *Ini lain lagi ceritanya*
Kini kalau orang-orang terdekatku bertanya atau aku membuat
CV (curiculum vitae) saat melamar
kerja. Aku mengisi pertanyaan Hobbi dengan jawaban menulis dan membaca. Jelas,
sekarang aku enggak mau pura-pura lagi.
Mungkin karena itulah aku enggak ragu saat kenaikan kelas aku
langsung memilih jurusan IPS. Waktu itu aku ingat, ingat betul. Ada salah satu
guru yang menyayangkan kenapa aku masuk IPS
karena melihat kemajuan belajarku yang lumayan membaik. Aku berhasil masuk peringkat lima besar. Alhamdulillah itu perjuangan dan doa orang tua sebenarnya. Bukan keajaiban, bukan. Dan pada waktu itu Guru aku seolah memandang sebelah mata jurusan IPS. Kenapa ya? mungkin karena siswanya yang terkenal nakal-nakal dan tidak disiplin? Ah, entahlah, karena aku masuk ke kelas IPS karena memang tidak ada kelas bahasa. Niatnya sih mau menghidar dari angka-angka. Dan mau mengejar cita-cita sebagai seorang penulis.
karena melihat kemajuan belajarku yang lumayan membaik. Aku berhasil masuk peringkat lima besar. Alhamdulillah itu perjuangan dan doa orang tua sebenarnya. Bukan keajaiban, bukan. Dan pada waktu itu Guru aku seolah memandang sebelah mata jurusan IPS. Kenapa ya? mungkin karena siswanya yang terkenal nakal-nakal dan tidak disiplin? Ah, entahlah, karena aku masuk ke kelas IPS karena memang tidak ada kelas bahasa. Niatnya sih mau menghidar dari angka-angka. Dan mau mengejar cita-cita sebagai seorang penulis.
Dan...... You know what
happend afther that?
Dua tahun aku berada di kelas IPS. Jelas aku nyaman. Aku mendapat
juara pertama di kelas. Tapi, setelah itu. Setelah aku lulus SMA. Kedua orang
tuaku menyuruhku melanjutkan kuliah tapi mengambil jurusan akuntansi. Aku bingung
dong, Iya. awal-awal masuk kuliah tentu aku stres dengan penyesuaian lingkungan
dan materi-materi yang diberikan selalu berhubungan dengan angka. Dengan
kalimat Balance yang minim sekali aku
dapatkan. HAHAHA
Sekarang, tahun 2016 aku sudah semester lima dan masih
sanggup bertahan. Alhamdulillah, Allah memberikanku rezeki lebih. Aku sekarang
sudah bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa marketing
komunikasi. Pekerjaanku? Tentu saja sesuai dengan background pendidikanku. Keuangan. Oke, baiklah. Kupikir ini yang
dinamakan benci bilang cinta?
Kalau ada yang bertanya kenapa enggak jadi penulis saja,
menerbitkan buku. Sekarang aku bisa menyikapinya dengan lebih tenang. Bahwa
tidak selamanya yang kamu benci adalah hal buruk untukmu. begitupun sebaliknya,
semua sudah di atur, teman, tinggal bagaimana kita menyikapinya saja—Dan, tentu
saja menikmatinya.
Kebetulan lagi atau memang sudah diatur. Beberapa hari
yang lalu aku dapat BBM dari Mba Leyla Hana bahwa ada giveaway 1st SmartWriter. Ah, siapa yang enggak tertarik? Tentu saja. kalau ditanya mengapa aku
harus menerbitkan buku? Sebenarnya ada dua alasan.
1 karena aku sudah berdamai dengan angka-angka.
Dengan begitu, benar kata Ayah Pidibaiq aku bisa mendengar kata hatiku sendiri
bahwa menulis adalah sesuatu yang bisa dilakukan kapan saja. asal ada niat dan
prakteknya. Tidak peduli dengan bidang pekerjaanmu yang tidak sesuai dengan
hobbimu. Toh keduanya sama-sama kenikmatan dari Allah yang harus kita syukuri,
kan?
2 karena aku ingin membuat dua hadiah untuk kedua
orang tuaku. Buku Nonfiksi hasil dari tiga tahun jadi mahasiswi dan buku fiksi untuk menunjukkan bahwa ini impianku.
Aku langsung enggak ragu kalau disuruh ikutan Giveaway 1st Smart Writer. Karena mentornya yang luar biasa!
Mbak Leyla Hana.
Hey, siapa yang enggak kenal sama Mbak manis satu ini? Buku-bukunya sudah banyak diterbitkan. Konten blognya pun menariiiiiik sekali. Bahkan aku sering berselancar ke sana ada banyak ilmu yang aku dapatkan.
Mentor ke dua. Mbak Riawani Elyta.
Demi apa aku belum kesampaian pengen baca novel terbarunya yang Rahasia Pelangi itu .. Pernah dibuat kelepak-kelepek sama novel yang berjudul “yang kedua” suka sama gaya bahasanya dalam bercerita. Aku juga sering berselancar mengunjungi blognya mbak Ria ini. Isinya menarikk. Aku sukaaaaa.
Demi apa aku belum kesampaian pengen baca novel terbarunya yang Rahasia Pelangi itu .. Pernah dibuat kelepak-kelepek sama novel yang berjudul “yang kedua” suka sama gaya bahasanya dalam bercerita. Aku juga sering berselancar mengunjungi blognya mbak Ria ini. Isinya menarikk. Aku sukaaaaa.
Belajar menulis novel bareng mereka
rasa-rasanya enggak akan ada rugi-ruginya sama sekali deh.
Tulisan ini diikut sertakan dalam 1St Giveaway Smart Wirter
Tulisan ini diikut sertakan dalam 1St Giveaway Smart Wirter
subhanallah...
BalasHapussemoga bisa mneruskan cita-cita smean buat jadi smart writer seperti mbak Leyla Hana dan Mbk Riawani elyta ya mbak...
salam kenal, mbak.e ^_^
Aamiin Ya Rabb. teriamakasih Mbaaak. salam kenal kembali, terimakasih sudah berkenan berkunjung ke blog saya hehe
HapusSALAM KENAL BU:)
BalasHapusBlognya keren...
Semoga menjadi penulis yg terkenal dan bermanfaat tentunya bu :)
aminn...
salam kenal kembali :)
HapusAamiin YaRabb, terimakasih heheee
jangan bosen-bosen berkujung, ya
keren mbak, kerja di bidang yg awalnya ga disukai.
BalasHapusAlhamdulillah mbak. semuanya penuh perjuangan hihi :")
Hapussaya juga lemah dihitung2an, tapi seneng menulis :)
BalasHapussemangat mbak, semoga ada jalannya yah :)
HapusSemoga lancar selalu
BalasHapus