Judul Buku : Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang
Penulis : Guntur Alam
Kategori : Kumpulan cerita pendek
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-19391
ISBN : 978-602-03-19391
Tebal Halaman : 176 halaman
Karena rasa penasaran yang sudah
tidak bisa ditahan-tahan. Akhirnya saya membeli juga kumcer Magi Perempuan dan
Malam Kunang-Kunang. Dan hal pertama yang saya rasakan setelah membaca Kumcer
ini adalah “Merinding” karena cerita-cerita di dalamnya yang menarik. Dan di
sajikan dengan tidak biasa.
Salah satu cerita yang saya sukai dan sangat
membekas dalam ingatan adalah cerita Boneka Air Mata Hantu.
Cerita yang menggambarkan tentang kemalangan
juga penyesalan yang tiada ujungnya. Di cerita ini berkisah tentang seorang
anak yang sering diceritakan oleh ibunya bahwa ibunya mempunyai boneka yang
berasal dari air mata hantu. Terdengar menyeramkan dan tak masuk akan, bukan?
(halaman 61) karena itulah si anak merasa penasaran tentang cerita ibunya
terlebih sejak ia bisa mengingat dengan jelas bahwa ibunya tidak pernah sama
sekali tersenyum, wajah ibunya selalu kelabu dan murung. Tidak pernah ada
kebahagiaan yang melintas di wajah Ibu. Sampai suatu hari si anak bertanya pada Ibunya
mengapa ibu tidak pernah tersenyum atau bahagia.
“Aku tidak bisa tertawa lagi karena
penjual tawaku sudah diculik hantu perempuan.” Jawab si Ibu.
Mendengar hal itu tentu saja si
anak tersengat kaget. Mana mungkin ada penjual tawa di dunia ini? (halaman
62). Ibu pertama kali bertemu dengan si
penjual tawa itu saat duduk di bangku SMA. Saat itu umurnya sekitar 16 tahun.
sejak bertemu dengan laki-laki penjual tawa itu si ibu sangat bahagia. Seperti
ada pupuk kebahagiaan yang laki-laki itu hamburkan di dada si ibu. Hubungan si ibu dan si laki-laki penjual tawa
itu semakin dekat. Sampai akhirnya terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan. Si
penjual tawa itu yang hobi melihat burung origami. Tiba-tiba burung origami itu
bergerak, terbang ke dalam stoples dan menyerang si ibu. Burung origami itu
mematuk dan melukai si ibu. Si ibu tidak bisa melawan sementara si penjual tawa
itu seolah-olah lupa ingatan. (halaman
64)
Hingga akhirnya petaka besar
datang lagi. laki-laki penjual tawa itu dijerat seorang hantu perempuan dan tak
pernah kembali pada si ibu. Lalu cerita
itu berakhir di sana. Si ibu tidak pernah mau melanjutkan kisahnya. Dan hal itulah yang selalu di pertanyakan si
anak, mengapa ibunya tidak pernah mau melanjutkan kisahnya? Bagaimana kabar
boneka air mata yang ditinggalkan oleh laki-laki si penjual tawa itu? apakah ia
ada? oh, sungguh si anak sangat ingin melihatnya.
Sampai akhirnya si anak itu tumbuh
dewasa, ia tidak pernah bisa melupakan cerita ibunya tentang laki-laki penjual
tawa dan boneka air mata yang ditinggalkan laki-laki itu. si anak terus
mengingat cerita ibunya sampai ia bertemu dengan seorang lelaki bermata tembaga
(halaman 66) si anak berpikir jangan-jangan laki-laki yang ditemuinya itu
adalah laki-laki penjual tawa yang ibu ceritakan? Si anak mulai penasaran. Ia mulai
menyelami laki-laki bermata tembaga yang membuatnya tenggelam dalam kebahagiaan
tersendiri. Hingga akhirnya burung origami itu mematuknya lalu menghilang tanpa
jejak meninggalkannya. Si anak terpuruk. Ia kehilangan senyum dan
kebahagiaannya. Hanya ada air mata yang disisakan laki-laki si penjual tawa itu
hingga air mata itu menjelma boneka. terus tumbuh membesar tanpa bisa
dicegahnya. Boneka itu tumbuh menjadi sosok gadis jelita (halaman 67)
Saya membaca endingnya merinding, lho.
cerita ini mengajarkan kita untuk berhati-hati mengenal penyebab tawa maupun
tangis kita. Penyesalan yang digambarkan Guntur alam di tokoh si Ibu dan si
Anak benar-benar manis. manis nyeseknya maksudnya hehe.
Selain cerita “Boneka Air Mata
Hantu” yang saya ceritakan. Masih banyak cerita-cerita pendek tentang magi,
mitos, dan perempuan. Yuk yang mengaku penikmat buku. apalagi buku-buku yang berkisah horor. beli buku ini deh. dijamin kalau beli buku
ini enggak akan menyesal :)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar