kalian pernah baca novel Dilan? Dia adalah Dilanku tahun 1990. Lalu berlanjut ke buku ke dua ... Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1991. Aku gak perlu ngeresensi lagi novel fenomenal satu ini. Pasti dirak buku kalian, koleksi buku si Surayah @pidibaiq sudah ada kan, ya? Kalian udah hafaaaal betul setiap lembar demi lembar bukunya karena sering dibaca dan enggak pernah bosen sama tingkah Dilan. Atau, merasa sedikit kesal kenapa kisah cinta Dilan dan Milea malah berakhir?
Aku
mau menceritakan sudut pandangku tentang si cowok tukang ramal ini—Dilan. Iya,
entah kenapa rasanya Dilan tidak pernah habis untuk di bahas dan dikagumi.
Kata
Surayah. “Dilan adalah siapapun yang mirip Dilan.” Jadi, aku berhak mendeskripsikan
Dilan dalam imajinasiku.
Sebagai
salah satu stalker si Ayah Pidi. Aku
bener-bener antusias banget ketika Ayah mengumumkan bahwa ia akan menulis “Suara
Dilan” jujur, aku penasaran bagaimana sih
pendapat Dilan tentang kedua buku yang diceritakan oleh Milea ituuuu.
Setelah menunggu brrbulan-bulan. Akhirnya “Suara Dilan” resmi terbit. Aku enggak ikut PO buku Dilan karena aku berniat pengen ketemu lagi si Ayah Pidi dan langsung minta ttd. Tapi, entah itu kapan terwujud dengan segala aktifitas yang tiada hentinya. Padahalmah lumayan deket ke RTPD wkwkwk.
![]() |
Novel Dia adalah Dilanku tahun 1990 tahun 2014 yang lalu. dengan di ttd Surayah pada hari 12 Agustus 2015. Hari dimana aku dibikin ngakak sama Ayah di RTPD :") |
Aku
berburu novel Suara Dilan di toko buku Togamas—di Jalan Supratman nomor berapa
enggak tahu lupa. Pokoknya waktu itu lagi ada discount dan aku lumayan beli buku banyak. Enggak cuma satu aja, discount nya gede-gede-an juga sih.
Duelah, nggak pernah ngiler kalau di mall-mall banyak discount. Tapi kenapa tiap kali ke toko buku selalu ngiler pengin
beli ya kalau liat buku discount.
Sebenarnya
waktu itu niat ke Togamas mau beli buku buat kampus. Sebagai salah satu
persyaratan buat ngambil ijasah. Eh....... Tiba-tiba. Si Dilan nongol dengan pede-nya di rak paling depan. Alhasil aku
tergoda.
Kalian
tahu, untuk menyelesaikan novel Dilan enggak perlu berhari-hari. Setengah hari
juga sepertinya sudah selesai membaca. Kenapa? Karena bahasanya ringan.
Ceritanya mengalir. Apalagi sekarang si
Dilan yang menceritakan kisahnya.
Setelah
membaca “Suara Dilan” ternyata
kekesalanku terjawab juga, mengapa Dilan saat itu harus pada pilihannya “diam”
dan tidak berbuat apa-apa saat Milea berkata putus. Maksudku mengapa Dilan
enggak berusaha mendapatkan Milea kembali, mengapa Dilan diam saja seolah dia
tidak peduli? Semuanya terjawab di novel ke tiga Ayah Pidi.
Lupakan
tentang kisah cinta Milea dan Dilan. Disini, aku hanya ingin berbagi cerita
kepada teman-teman tentang Dilan menurut imajinasiku.
Dilan
seperti manusia yang jarang ada dibumi. Menurutku dia sudah berhasil menjadi
dirinya sendiri. Seperti penjelasannya dalam novel suara Dilan hal (114).
Diriku adalah diriku, baik ketika sendiri
maupun ketika bersama orang lain. Aku tidak tertarik untuk mengubah seseorang
agar sama dengan diriku. Asal kamu tahu, aku bukan tipe siswa yang akan kamu
lihat berkerumun di depan papan pengumuman termasuk untuk mencari info tentang perguruan tinggi atau beasiswa. Aku juga bukan tipe orang yang suka
jalan-jalan dan nongkrong di mal dengan pakaian yang tepat untuk itu. Aku bisa
menghargai mereka yang begitu, tapi aku lebih memilih pergi naik motor ke
daerah Gatsu untuk menghabiskan sisa hari di warung Kang Ewok. Entah mengapa,
aku selalu punya perasaan senang dengan Cuma nongkrong di sana.
Nah,
dari situ aku menyimpulkan bahwa, bagaimana mungkin kita menjadi orang lain
sedangkan menjadi diri sendiri itu ternyata menyenangkan dan membuat kita
tenang? Maaf kalau aku salah, meskipun aku juga tidak sependapat tentang Dilan
yang ikut geng motor dan menjadi panglima tempur. Aku bisa mengerti bagaimana
perasaan Milea dulu yang merasa khawatir terhadap kekasihnya. Tapi bagaimana pun,
aku tetap menghargai kisah Dilan dan segala latar belakang hidupnya. Dilan
seolah mengajariku bagaimana cara menyikapi masa lalu. Kita tidak akan pernah
dibuat gelisah oleh sebab memikirkan masa lalu jika kita tidak berdamai
dengannya.
Dilan
seolah mengajariku untuk tetap tumbuh tanpa harus melukai orang lain.
Aku
tidak seperti pembaca kebanyakan. Entah kenapa, aku selalu tertarik dengan hal
kecil yang diselipkan dalam sebuah novel. Ya, seperti novel Suara Dilan ini.
Mungkin semua orang tertuju pada kisah cinta Milea dan Dilan. Tapi aku malah
tertarik membaca Dilan yang bercerita tentang Ayah dan Bundanya. Atau tentang
Dilan yang berteman dengan si Remi Moore.
Mudah-mudahan,
kalian mau memaklumi dan mau menghargai pendapatku.
Bagaimana
Dilan menurutmu? Tentu saja, dia menawan, bukan? Hehhehe.
Terimakasih,
Ayah @Pidibaiq sudah tidak buta huruf dan akhirnya bisa menulis kisah Dilan. Aku
suka.
05/10/2016
Bandung
@tyataya
Wahhh sayang sekali aku belum memiliki Dilan deh Tay, semoga bulan depan bisa beli sepaket.
BalasHapusAyo pril, beliiiii. kamu akan senyum-senyum sendiri habis baca itu wkwk
HapusUdah koleksi nih, Tay. Cuma belum sempat kebaca. :)
BalasHapusNah, sibukk sih uda mah :p
HapusBanyak temenku yang suka banget Dilan, dan aku suka roaming sendiri kalau mereka ngomongin Dilan, karena belum pernah baca huhu. Mungkin kapan-kapan akan nyoba baca Dilan juga :)
BalasHapusKatanya nanti mau difilmkan mbaak :) sekalian aja nunggu filmnya mbak biar makin seru hheee
HapusAdek ku juga suka banget sm Dilan ini, sampai koleksi juga ^^
BalasHapusAku malah belum sempet baca..heheh..
wah, tinggal minjem aja mbak dan nyiapin waktu luang buat membacanya, gakkan sampai berhari-hari kalau baca buku dilan ihihi :)
Hapusudah punya koleksi dilannya kak, koleksi lengkap hehe :D
BalasHapusIya di buku ketiga, dijelaskan soal Dilan kenapa gak ngejar lagi Milea, itu gegara Dilan anggap Milea udh punya pacar, kawan les yg suka antar jemput milea.
Dan milea pun, menganggap dilan udah punya pacar, dia tahu pas acara meninggal ayahnya, menurut si Piyan, gadis yg berkerudung itu pacrnya dilan, padahal sih sodara jauhnya dilan haha
Ironi dan paradoks, memang selalu menjadi bagian paling memesona dari cinta :)))
tyaa..dikau ada disini rupa nya :D
BalasHapustemen2 ku nyuruh baca buku ini terus dari buku 1 sampe yang terakhir..cuma aku nya euy agak gimana gitu kalo baca novel hahah thanks for sharing aku jadi ada sedikit gambaran soal Dillan :)