Aku adalah setapak
jalan yang kau tinggalkan,
Di pertigaan itu, kau
berdendang-dendang pelan
Sambil mengulum senyum,
kau bilang
Kita tak akan menjadi
satu, meski aku terus berjuang
Lalu, kau menciumku
hingga habis debar jantungku
Ya, itu perpisahan..
katamu,
Lalu, kau mendekap
tubuhku hingga habis gemuruh jantungku
Ya, itu yang
terakhir... katamu,
lalu, di jalan gersang
ini, kau melepaskan genggamanmu
berlalu pergi dengan
sejuta misteri
sampai kini, aku masih
di ujung jalan ini, menunggumu.
Kau tak bisa hilang,
aroma tubuhku serupa aspal yang pekat,
Memikat..
Di tulis ketika aku
sedang benar-benar merasa bodoh, karena menunggumu. Namun benar-benar merasa
gila karena terus menunggumu.
Subang, 11/07/2015
9:27 WIB
@tyataya
Puitis banget, jadi iri...hihi
BalasHapusahaha. maklum bikinnya dari hati hehe
HapusOhhhh Mba Tiaa, ini kok nusuk banget kata-katanya. Yang pernah menunggu jadi ingat masa lalu. *Ehh :D
BalasHapuswaaaaaaah. jangan bapeerrrr :)))))) masa lalu biarlah menjadi masa lalu yang dijadikan serpihan-serpihan tulisan buat dikenang :)
HapusMenunggu adalah hal yang nikmat jika diikuti saling. Saling menunggu mungkin akan menghancurkan dinding pemisah, jarak pun akan luntur. Namun sayangnya, cowo tidak sabar untuk menungu, /galau dadakan.
BalasHapusEh. Nih ada tips belanja online murah gampang
nahhhh iyaa hehee
Hapuskata-katanya nyelekit banget
BalasHapushehe
Hapussedih teh tya baca puisinya :'( persis sama yang sedang adi rasain -__-"
BalasHapusAdi jangan Bapeerrr yaaa haha
HapusAku prnah mngalami sprti yg ditulis mba tya nih dan sngat menyenangkan saat sudah bisa berlayar jauh meninggalkannya.
BalasHapusmemang kalau udah bisa melupakan akan terasa gampang, tapi yang susah kalau udah stuck di satu hati.
HapusWih keren.
BalasHapusMenyadari jika penantiannya sdh terlalu, tapi tetap masih berharap pennatian tsb tak berakhir tanpa cerita *pernah*
BalasHapus