Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Senin, 11 Mei 2015

MALAIKAT PEMBAWA PAYUNG





Sore itu aku sedang berada dipusat perbelanjaan didaerah Bandung (BIP) bersama seorang teman, tiba tiba hujan turun begitu deras membuat siapa saja cepat cepat berlarian mencari tempat teduh. Aku tenang saja, karena masih ada di dalam gedung mall tersebut. Tetapi Aku harus segera pulang karena hari sudah semakin sore, untunglah aku selalu membawa payung kemanapun saat musim hujan seperti ini, ketika aku memasuki pintu keluar banyak orang berdesak desakan, aku menduga mereka sedang menunggu hujan mereda, namun sepertinya tidak ada tanda tanda hujan akan mereda. orang orang bermobil tidak perlu cemas akan perkara hujan. aku buru buru merogoh payungku, ingin segera menerobos hujan, tapi mataku menangkap pemandangan yang sedikit berbeda, disana. Diluar batas pintu keluar BIP yang diguyur hujan lebat itu. Ada Bapak-bapak, Ibu-ibu, Nenek-nenek, bahkan anak anak kecil sedang menjajakan payungnya, dengan hujan yang terus mengguyur, mereka begitu tabah menantikan pelanggan yang bersedia menggunakan jasa payung mereka, kuperhatikan salah satu dari mereka, anak kecil yang warna bajunya tak berupa lagi, kegedean. Tanpa sandal. giginya gemelutuk, tangannya hampir keriput, menggigil. menggenggam erat payung. Menunggu pelanggannya. Ajaib kawan, kulihat senyum dan semangatnya tak iku membeku. 

            “Bu, Paaak, ojeg payungnya.” katanya penuh keyakinan. Matanya menyapu semua pengunjung mall tersebut, berharap akan ada yang sudi menggunakan jasa payungnya. sekitar beberapa menit aku mengamati kondisinya, malang tak ada yang melirik penawarannya.
karena tak tega sekaligus penasaran,  kusuruh temanku membawa payungku dan aku berniat menggunakan jasa payung anak kecil itu. 

“Kamu duluan saja. Nih pake payungku. Nanti aku nyusul digedung Gramedia.” perintahku pada Fatur, teman terbaikku. Sepertinya Fatur bisa membaca gelagatku, tanpa babibu dia nurut saja meninggalkanmu. Perlahan kuhampiri anak kecil itu.

“De.. anterin teteh (dalam bahasa Sunda artinya: kaka)  nyebrang ke sana yah.” kataku ramah sambil menunjuk gedung Gramedia.

“Boleh teh. Ini payungnya.” jawabnya dengan mata bersinar sinar seraya menyerahkan payungnya. Ia berjalan dibelakangku, mengikutiku tanpa menggunakan payung. Membiarkan air hujan menyentuh kulitnya. Aku semakin tak tega, kuperintahkan ia agar berjalan disampingku, satu tangan menggenggam payung, satu tangan lagi merangkul anak kecil itu.

“De, engga dingin?” Pertanyaan itu begitu saja meluncur.
Dia tersenyum.
“Dingin sih, tapi udah biasa Hehe.” katanya ringan
“ Masih sekolah? “ Lagi lagi rasa penasaranku menyeruak.
Dia tersenyum, tanpa kata, dia mengangguk. Tanpa terasa aku sudah sampai di Gedung Gramedia. Cepat sekali karena memang jarak BIP dan Gramedia hanya tinggal menyebrang jalan saja. Rasanya aku ingin bertanya; kenapa ada di sini? Kenapa jadi Ojeg payung? Memangnya kedua orang tuamu ke mana? Anak seusiamu sekarang harusnya berada dirumah, belajar dan menikmati susu cokelat hangat buatan ibumu. Tapi yang keluar dari mulut ku hanyalah
“ Ini de. Makasih yah.“
“ Uangnya kelebihan teh” katanya polos.
“Lebihnya buat jajan kamu aja de, teteh buru buru.” Aku sedikit memberi alasan agar ia tidak mengembalikan uang kelebihannya itu. aku takut hatinya tersinggung. Kuanggap kelebihan itu adalah bentuk terimakasih karena telah menemaniku mengobrol dijalan saat menyebrang tadi.
“Hatur nuhun pisan teh.(terimakasih banyak kak) ” jawabnya, matanya berbinar binar lagi. Ia berlalu, dadaku sesak.
“Yuk pulang.” Fatur mengkagetkanku dengan datang tiba tiba.
Aku mengikuti langkah Fatur sambil memikirkan jawaban polos anak kecil ojeg payung tadi. Dingin sih tapi udah biasa. Aku baru sadar bahwa aku belum sempat menanyakan siapa namanya, ah. Aku sebut saja dia adalah Malaikat pembawa payung. 

Lihatlah. Betapa menakjubkannya ia, pekerjaan ojeg payungnya dinikmatinya tanpa pernah mengeluh. Sementara aku? sudah mendapatkan segalanya yang aku inginkan masih saja mengeluh. Hari ini aku mengerti tentang satu hal. Hujan adalah Anugrah  karena didalamnya tersimpan keajaiban, pengharapan, kegembiraan, rasa syukur, dan perjuangan.

“Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menyegerakan awan dan Allah membentangkannya dilangit menurut yang dikehendaki-NYA, dan menjadikannya bergumpal gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba hamba-NYA  yang dikehendaki-NYA,tiba tiba mereka menjadi gembira” ( QS. Ar-Rum (40);48)

 Bandung, 09/05/2015
Ditulis ketika aroma petrichor tercium hangat masuk ke jendela kamar kostku. dan perlahan hujan ikut menemaninya.
Mari beersyukur sebanyak-banyaknya :)
@tyataya

Tidak ada komentar :

Posting Komentar