Bagiku, Cinta itu adalah melepaskan. Setelah mati matian perjuangan itu
kamu tempuh jika dia hanya mengerutkan alis dan tidak menjawab apa apa. Itu
artinya kau tidak cukup berperan dalam mengukir kebahagiaanya meski hanya
seujung kuku sekalipun, rasa cintamu hanyalah kiasan untuk nyanyian penghantar
tidurnya, tidak lebih. Hanya itu.
Untuk kamu, yang selalu
aku hormati ketiadaan kita.
Aku mengawali tulisanku
dengan sedikit sentuhan menyedihkan. Kali ini bukan kebahagiaan yang sedang
menggebu gebu, tapi rasa sesak yang membungbung menghantarkan rasa khawatir
turun sebagai air mata. Aku ketakutan. sangat ketakutan. bagaimana caranya aku
melukis senyum di bibirmu? Haruskah aku berdandan seperti seorang badut dan
beraksi dengan tingkah yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, agar kamu bisa
tertawa terbahak bahak karena melihat tingkahku?
Atau, apakah aku harus
menjadi seorang superhero yang bersedia membantumu apa saja dalam keadaan
terhimpit sekalipun. Lalu membawamu terbang keangaksa dengan kepercayaan diriku
yang melambung karena kau selalu membutuhkanku?
Oh. Mungkin aku harus
menjadi wanita tercantik agar kau tak pernah mau berpaling dariku dan
mengatakan bahwa kau bangga memilikiku?
Apa aku juga harus
menjadi bunglon, berganti ganti peran saat bersamamu?
Daaan.. ah, apalagi?
Apalagi yang kamu inginkan dari wanita anomali sepertiku?
Apalagi yang bisa
kauperbuat untuk meluruskan presespsi kita masing masing. Bahkan kali ini aku
menggunakan beberapa sudut pandang yang berbeda.
Nyatanya, aku adalah
wanita anomali yang sungguh sangat mencintaimu. Dengan atau tanpa kau merengkuh
tubuhku sekalipun. Dengan atau tanpa kau tersenyum padaku sekalipun. Aku
tetaplah aku, yang mencintaimu.
Ditulis
ketika kita sedang berada diambang jurang, dan semoga kau bisa menarikku dari
rasa sakit lalu memelukku dengan erat. Mencium keningku. Dan berjanji untuk
tidak meninggalkanku.
06/03/2015
23:00
WIB
tyataya
\
Tidak ada komentar :
Posting Komentar